Manokwari Selatan-Beberapa tarian khas budya Nusa Tenggara Timur (NTT) dipentaskan di hadapan ribuan masyarakat kabupaten Manokwari Selatan (Mansel) Provinsi Papua Barat, dalam pawai Budaya Nusantara menyambut HUT RI ke-72 yang diselenggarakan Pemkab Mansel, Selasa (15/8/2017).
Sejumlah tarian itu dipentaskan oleh warga Mansel asal NTT yang tergabung dalam paguyuban Flobamora Mansel, bersama 25 suku lainnya ,yang mendiami wilayah pemerintahan Mansel.
Tari-tarian ini pun berhasil menghibur ribuan penonton, dan para pejabat daerah Mansel yang turut menyaksikan kemeriahan pawai tersebut.
Plt. Sekda Mansel, E.A.O Pocerattu yang hadir untuk melepaskan peserta dari SMA Negeri 1 Ransiki dan finis di lapangan Garuda Ransiki ini, mengaku turut terhibur dengan tari-tarian khas NTT itu.
Adapun tarian yang dipentaskan seperti Gemu Fa Mi Re, Dansa tombak, Gawi, Ja”I dan Dolo-Dolo serta menyanyikan lagu Bae Sonde Bae.
Irama gerakan yang penuh semangat dan keindahan lagu daerah dari NTT mampu menggetarkan suasana serta mengundang penonton untuk ikut menari.
Suasana semakin meriah dengan hadiranya sejumlah peserta dari suku-suku lain di Nusantara, khususnya suku asli Mansel yakni suku Arfak yang mementaskan Tarian Tumbik Tana (Tarian Ular), dipimpin langsung kepala Sukus Hatam wilayah Ransiki, Bernad Mandacan dan Pimpinan Polres Mansel, AKBP Yohanes Panyua menggunakan busana Suku Arfak.
Warga NTT Mansel, Oskar Demi dan Januarius Fahik mengaku bahagia dapat terlibat dalam kegian ini.
“Dengan terlibat pada kegiatan tahunan ini selain untuk menyemarakaan HUT RI ke 72, kita juga dapat memperkenalkan budaya NTT,” katanya kompak.
Selain itu, kata mereka yang tak kalah penting adalah kehadiran warga NTT di Mansel tidak semata mencari nafkah, tetapi telah berkontribusi dalam mbangun daerah itu.
Januarius Fahik juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat Flobamora Mansel, terutama peserta dan simpatisan dari luar NTT yang setiap tahun terlibat langsung pada kegiatan serupa.
Khusus untuk yang dari luar NTT, Fahik sangat mengapresiasi. Kata dia semua itu karena rasa persaudaraan dan kecintaan terhadap budaya NTT sehingga bisa bergabung dan berbaur dengan warga NTT.
“Baik sodara dari maluku maupun Papua yang selalau mau bergabung dengan kita terima kasih banyak atas partispasinya, mari bersatu membangun Mansel,”ajak pria lulusan jurusan komunikasi Undana Kupang, yang kini menjadi salah satu kontributor harian pagi Tabura Pos di Mansel itu.
Kepada orang NTT yang belum dapat bergabung di kegiatan ini, entah karena ada kesibukan atau baru datang di wilayah Mansel, Fahik berharap agar kedepannya bisa terlibat dalam kegiatan lainnya guna memupuk persaudaraan di tanah rantau.(VoN)