Ruteng, Vox NTT- Anggota DPRD NTT, Inosensius Fredi Mui mengunjungi Kampung Wantal, Desa Compang Mekar, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Rabu (30/8/2017).
Pantauan VoxNtt.com, setelah melewati jalan batu penuh dengan tanjakan, Fredi kemudian tiba di Kampung Wantal sekitar pukul 10.30 Wita.
Dia datang menggunakan sepeda motor dari Benteng Jawa, ibu kota Kecamatan Lamba Leda.
Di salah satu kampung Lamba Leda bagian timur itu, ia diterima secara adat di rumah gendang oleh masyarakat setempat.
Dalam pertemuan dengan ratusan warga Wantal, Fredi menerima banyak usulan untuk kemudian diperjuangkan di lembaga dewan Provinsi NTT.
Marsel Bur, salah satu tokoh adat Wantal meminta Fredi untuk memperjuangkan jaringan listrik di kampungnya.
Saat ini memang, politisi NasDem itu telah membantu PLTA Wae Laing yang letaknya tidak jauh dari Kampung Wantal dan Wae Nenda.
Kampung Wae Nenda sendiri sudah menikmati listrik dari PLTA Wae Laing.
“Saat ini kabel yang dibutuhkan dari PLTA Wae Laing ke Wantal yaitu 1.870 meter,” ujar Marsel Bur dalam tatap muka dengan Fredi.
Selain meminta kabel listrik, warga juga meminta bantuan Fredi untuk mengadakan dynamo berkapasitas 40 Km.
Marsel Raman, warga lainnya meminta agar pemerintah provinsi NTT membantu mereka alat rontok padi, ternak sapi, dan traktor sawah.
“Ini yang kami butuhkan saat ini pak dewan, mudah-mudahan bisa diperjuangkan,” harap Marsel Raman.
Dalam tatap muka tersebut, usulan kepada Fredi tak hanya disampaikan kaum laki-laki.
Anastasia Rin, salah satu perempuan dalam kesempatan itu meminta agar Fredi membantu mereka dalam pengembangan kelompok tenun.
Menanggapi permintaan warga Wantal tersebut, Fredi menyatakan dirinya bersedia membantu mereka untuk pengadaan kabel listrik sebanyak 1.870 meter.
“Untuk kabel biar saya tanggung. Sedangkan untuk pengadaan dynamo PLTA mohon masyarakat urunan. Bisa juga koordinasi baik dengan kepala desa agar dialokasi lewat dana desa,” kata Fredi.
Sedangkan, terkait usulan lainnya dia meminta masyarakat untuk membuat kelompok. Sebab, saat ini pemerintah tidak bisa membantu perorangan kecuali lewat kelompok.
“Setelah buat kelompok, lalu buat proposal ke gubernur (NTT). Proposal itu nanti cq dinas terkait dan tembusan ke bupati Manggarai Timur atau dinas terkait di kabupaten,” jelasnya. (Adrianus Aba/VoN)