Atambua, Vox NTT– Angka penderita HIV-AIDS di Kabupaten Belu terus meningkat sejak tahun 2010 hingga Juni 2017.
Hal tersebut disampaikan Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Belu, Manek Rofinus ketika ditemui di ruang kerjanya pada Rabu,(6/9/2017).
Rofinus menjelaskan bahwa di semester pertama tahun 2017 angka kasus HIV-AIDS menurun. Tapi kurva secara keseluruhan menunjukan adanya peningkatan jumlah, dimana hingga Juni 2017 terdapat 1.019 kasus. Angka ini menempatkan Belu menduduki peringkat kedua setelah Kota Kupang.
“Untuk angka kasus, hingga Juni 2017 ada 44 kasus. Ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun secara keseluruhan, kurvanya masih terus meningkat dimana jumlah penederita hingga Juni 2017 ada 1.019 kasus” jelas Rofinus.
Diakuinya, penyebab utama semakin meningkatnya penederita HIV-AIDS di Belu adalah perilaku seks yang menyimpang dari pasangan yang sudah menikah dimana pereselingkuhan pasca pernikahan juga menjadi pemicu meningkatnya angka penderita.
Selain itu, kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri sejak dini juga masih menjadi hambatan utama dalam menekan angka penderita HIV-AIDS.
Untuk melakukan pencegahan, Rofinus menjelaskan bahwa strategi yang digunakan KPA Kabupaten Belu adalah dengan membangun Kelompok Dampingan Sebaya (KDS), dimana orang dengan HIV-AIDS dilibatkan dalam proses membangun kedaran masyarakat.
Diakui Rofinus, tantangan paling berat dalam upaya penanggulangan HIV-AIDS di Belu adalah sulitnya membangun kesadaran masyarakat untuk berperilaku seks yang sehat dan masyarakat enggan untuk melakukan pemeriksaan secara dini.
“Paling berat itu kita sadarkan masyarakat dan ajak mereka untuk periksa. Masyarakat kita masih malu untuk melakukan pemeriksaan. Padahal fasilitas sudah tersedia di RUSD dan dapat diakses secara gratis” tuturnya.(Marcel/VoN)