Ruteng, Vox NTT- Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), Petrus Salestinus mendesak Kapolda NTT, Brigjen Pol Agung Sabar Santoso segera menindak tegas oknum polisi yang menembak warga Kabupaten Manggarai Timur (Matim).
Sebelumnya, oknum polisi yang diduga dari Polres Manggarai menembak Hilarius Woso (49), warga RT 001, RW 001, Kelurahan Kota Ndora, Kecamatan Borong-Matim.
Peristiwa penembakan itu terjadi pada 23 September 2017 pukul 02.00 Wita dini hari.
Baca: Hilarius, Pria Asal Kota Ndora Matim Diduga Ditembak Polisi
Menurut Petrus, kasus penembakan terhadap korban Hilarius menjadi salah satu bukti betapa arogannya aparat polisi di NTT. Itu terutama ketika membawa senjata api, baik dalam rangka tugas maupun di luar jam tugas.
“Kapolda NTT harus memberikan perhatian serius terhadap perilaku anggota Polri yang ditempatkan di seluruh NTT,” ujarnya dalam rilis yang diterima VoxNtt.com, Sabtu (23/9/2017) malam.
Salah satu Advokat Peradi itu menjelaskan, dari kronologis kasus penembakan Hilarius tampak oknum polisi tersebut sangat congkak dan arogan.
Dia tidak memiliki karakter sebagai seorang pengayom, pelindung masyarakat dan penegak hukum.
Sebab itu, selain mendesak Kapolda NTT, Petrus juga meminta Kapolres Manggarai AKBP Marselis Sarimin Karong segera turun tangan untuk menindak tegas anak buahnya.
“Tangkap dan tahan dia, segera lakukan proses hukum,” tegas Petrus.
Dia menambahkan, Kapolda Agung dan Kapolres Marselis segera menetralisasi situasi yang bakal berkembang ke arah ketidaksukaan masyarakat terhadap anggota Polri secara luas.
Tindakan cepat kedua pimpinan polisi itu juga penting dilakukan untuk mencegah krisis kepercayaan publik terhadap polisi.
Apalagi jika mengarah kepada balas dendam yang meluas dari masyarakat terhadap polisi, hanya karena ulah oknum aparat yang arogan hingga main hakim sendiri.
“Kapolres Manggarai seharusnya lebih fokus memperhatikan perilaku anggotanya, ketimbang melakukan manuver politik untuk Pilkada,” pungkas Petrus.
“Akibat perilaku anggota polisi yang kebablasan, arogan, congkak, sewenang-sewenang hingga main hakim sendiri terhadap warga masyarakat yang tidak bersalah semakin menjadi-jadi,” tambah dia.
Menurut pria asal Flores yang saat ini tinggal di Jakarta itu, penembakan oleh oknum polisi terhadap warga sipil merupakan tindakan pembangkangan terhadap Kapolri Tito Karnavian.
Padahal, dalam kebijakannya Kapolri Tito selalu mengedepankan disiplin dari anggota polisi pengguna senjata.
“Ini telah mencoreng upaya keras Kapolri dalam membina anggotanya agar selalu menjadi pengayom, bukan jadi pembantai masyarakat,” tukas Petrus.
Dalam rilisnya pula, dia menyatakan selain menimpa Hilarius, dalam banyak hal di NTT sering melakukan tindakan kekerasan fisik terhadap masyarakat awam yang lugu dan bersahaja.
Misalnya sebut dia, peristiwa penembakan yang dilakukan oleh anggota polisi air terhadap dua orang warga Pulau Semana, Kabupaten Sikka dan di Perairan Reo, Kabupaten Manggarai pada Juli 2013 lalu. (Adrianus Aba/VoN)