Surabaya, Vox NTT- Di tengah perubahan iklim ekonomi sosial budaya (ekososbud) saat ini, masalah bangsa pun semakin pelik. Berbagai konflik horizontal semakin marak terjadi.
Terdapat perpecahan di antara sesama anak bangsa. Disinyalir, masalah ini ditengarai oleh semangat fundamentalisme dan radikalisme yang semakin kuat pula.
Menyikapi situasi dan kondisi ini, generasi muda yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) turut mengambil langkah konkrit. GMKI menciptakan momentum dengan mengadakan Parade Kebangsaan.
Parade Kebangsaan dikemas dalam Kunjungan Kasih ke beberapa Pesantren di Jawa Timur, dan Studi Wilayah tentang Gerakan Radikalisme dan Fundamentalisme. Kegiatan ini berlangsung pada 2 – 6 Oktober 2017.
Kunjungan Kasih diawali dari Pondok Pesantren Ngalah, Pasuruan, Jawa Timur, pada Senin, 2 Oktober 2017. Kedatangan GMKI yang diwakili oleh Arnold L. Panjaitan, Korwil V Pengurus Pusat GMKI dan beberapa Badan Pengurus Cabang (BPC) GMKI di Wilayah V diterima langsung oleh Pengasuh dan Pendiri Pondok Pesantren Ngalah, K.H. M. Sholeh Bahruddin.
Selain itu, rekan organisasi Kelompok Cipayung, PMII Cabang Pasuruan Komisariat Ngalah turut hadir.
Arnold L. Panjaitan mengutarakan, kegiatan Kunjungan Kasih ini adalah usaha untuk menerobos sekat di dalam keberagaman Agama di Indonesia. Dirinya berharap, kegiatan seperti ini dapat menciptakan keterbukaan serta keharmonisan lintas Agama.
“Bhinneka Tunggal Ika mengharuskan seluruh elemen bangsa agar mebuka diri dan memahami satu sama lain. Ini akan mempermudah gerak langkah bersama dalam menghindarkan cengkeraman radikalisme, fundamentalisme dan intolerasnsi. Karena kebaikan bersama di dalam persatuan dan kesatuan bangsa adalah harga mati,” urainya.
Lebih lanjut, pihaknya juga ingin menekankan pentingnya dialog antar elemen bangsa demi terciptanya suasana perdamaian.
“Melalui dialog urun pikir tentang polemik bangsa, serta diskusi berkaitan budaya inklusif di antara Islam dan Kristen yang diadakan hari ini, simpul perdamaian di Indonesia, terkhusus di Jawa Timur akan semakin erat,” lanjut aktivis gerakan yang mengkordinatori GMKI Jawa Timur, Bali dan NTT itu.
GMKI, kata Arnold, sangat terinspirasi dengan kehidupan Pesantren yang damai, egaliter dan harmonis. “GMKI berterima kasih banyak kepada pihak Pesantren Ngalah, Pasuruan.
Semoga semakin banyak santri-santri hebat yang siap untuk berkarya memajukan Indonesia lahir dari Pesantren ini,” terang Arnold.
Pada kesempatan tersebut, K. H. M. Sholeh Bahruddin, yang adalah salah satu tokoh penggerak perdamaian di Jawa Timur, menekankan bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah jati diri dan harga diri bangsa Indonesia. Sehingga perjuangan untuk merawat dan menjunjung semboyan tersebut tidak akan mengenal kata henti.
Ulama yang penuh dengan kesahajaan dan kesederhanaan ini menambahkan, relasi sesama manusia harus dialaskan pada rasa cinta dan kasih sayang. Tidak ada gunanya hidup, lanjutnya, jikalau tidak mengabdi untuk perwujudan perdamaian.
Selain dialog dan urun pikiran, rombongan GMKI diajak berkeliling, mengamati kehidupan di dalam Pondok Pesantren yang mengangkat jargon pluralisme dan inklusivitas ini.
Rombongan GMKI nampak menikmati keramahan dalam interkasi yang ditunjukkan oleh seluruh warga Pesantren.*** (Evan/Hancel/VoN)