Maumere, Vox NTT- Martina Triwindiyati, pelajar Semester 1 Kelas IPA II SMAK Bhaktiyarsa Maumere mengaku bangga diberi kesempatan oleh pihak sekolah untuk belajar berwirausaha.
Di usia yang sangat muda, ia dan teman-temannya didorong untuk berpraktik mengembangkan usaha.
“Kami bersyukur sekali karena meskipun kami bukan di sekolah kejuruan tetapi kami bisa belajar wirausaha,” terang gadis yang biasa disapa Windy tersebut kepada VoxNtt.com di Lapangan Kota Baru, Maumere- Sikka, Sabtu (14/10/2010).
Windy dan teman-temannya tergabung dalam kelompok Browsing Exit yang memeroduksi brownies berbahan dasar singkong.
Mereka bekerja dalam kelompok dan turut menjajakan produk kelompok melalui pameran dan bazar yang digelar dari 14-15 Oktober 2017 di Lapangan Kota Baru, Maumere.
Produk yang dihasilkan berupa olahan makanan berbahan dasar pangan lokal dan kerajinan tangan berbahan dasar sampah.
Kepala Sekolah SMAK Bhaktiyarsa Maumere, Sr. Marcelina Lidi,SSpS, S.Fil, Lic. menerangkan program wirausaha tersebut terlaksana berkat dukungan Kementerian Pendidikan RI.
SMAK Bhaktiyarsa menjadi satu-satunya sekolah menengah atas di Sikka yang terpilih menjalankan program kewirausahaan tersebut.
Selain SMAK Bhaktiyarsa terdapat 6 sekolah lain di NTT yang terlibat dalam program tersebut dengan persyaratan utama sekolah-sekolah tersebut merupakan pelaksana K13 dan terakreditasi A.
“Sekolah-sekolah ini mendapatkan dana hibah sebesar Rp 100 juta,” terang Sr. Marselina.
Ditambahkannya lagi pihaknya hanya melibatkan pelajar semester I (setara dengan Kelas X,- red) dalam program tersebut.
Para pelajar tersebut terlebih dahulu diberi pemahaman teoritik terkait kewirausahaan melalui seminar.
Selain itu, mereka belajar langsung dan mendapatkan motivasi dari 2 pengusaha nasional yang dianggap sukses di bidang pengolahan makanan dan pembuatan kerajinan tangan.
Selanjutnya mereka membagi diri ke dalam 30 kelompok wirausaha.
“Mereka membentuk sendiri manajemen organisasi produksi di kelompok masing-masing, merencanakan anggaran dan memilih sendiri apa yang mau dikembangkan,” ungkap Sr. Marselin.
Penulis: Are de Peskim
Editor: Adrianus Aba