Mbay, Vox NTT-Kementrian Perindustrian telah menyepakati dan berkomitmen menjadikan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai pusat produksi garam. Itu untuk memenuhi kebutuhan garam nasional.
Presiden Direktur PT Cheetham Garam Indonesia, Arthur Tanudjaja mengatakan, kepercayaan Pemerintah Pusat itu perlu disikapi dengan pemanfaatan potensi lahan garam yang ada untuk dikelola.
Pemanfaatan tersebut tentu saja agar Program Nasional Swasembada Garam dapat terwujud.
Penegasan Arthur Tanudjaja tersebut disampaikan dalam seminar dengan tema “Prospek Swasembada Garam Nasional Antara Peluang dan Tantangan” yang diselenggarakan oleh PT Cheetam Garam Indonesia bekerjasama dengan pemerintah daerah yang berlangsung di Aula Setda Nagekeo, Jumat ( 17/11/2017).
Menurut Arthur Tanudjaja, secara nasional, Indonesia mengalami persoalan kelangkaan garam konsumsi.
Untuk mengatasi kelangkaan yang berujung pada kenaikan harga garam, pemerintah membuka impor garam dari Australia.
Dalam skala NTT dan Nagekeo khususnya, memiliki lahan potensi pengembangan garam lebih besar dibanding Madura. Sebagai perbandingan, Madura memiliki 60 – 70 hektare. Sementara di NTT ada 13.000 hektare.
Angka 13.000 hektare ini, kata Arthur Tanudjaja, merupakan lahan potensi tambak garam di NTT.
Lahan garam tersebar di pulau Sabu, Kupang, Rote, Sumba Timur, Ende, Manggarai Timur, dan Nagekeo.
Dia mengatakan, NTT sangat pantas dijadikan sebagai wilayah pengembangan industri garam nasional.
Hal tersebut terutama karena potensi panas panjang bisa mencapai 9 bulan.
Kondisi cuaca tersebut tentu berbeda dengan daerah lain di Pulau Jawa yang hanya mencapai 5 bulan dan laut biru yang hampir tidak tercemar.
Untuk itu diperlukan optimalisasi potensi lahan garam di NTT khususnya di Nagekeo.
Potensinya sangat besar dan kualitasnya pun sangat tinggi bila dibandingkan dengan daerah lain.
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Adrianus Aba