Kupang, Vox NTT-Pilpres 2019 sudah di depan mata. Geliat dinamika politik yang terjadi sepanjang tahun 2018 turut menentukan siapa yang akan digadang sebagai calon presiden dan calon wakil presiden 2019. Yang jelas dari berbagai survei yang belakangan dilakukan oleh banyak lembaga, Jokowi masih meraih hasil terkuat.
Pertanyaanya, siapa yang layak mendampingi mantan Wali Kota Solo ini di pilpres 2019 nanti?
Menjawabi hal ini, Pengamat Politik dan Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), Boni Hargens mengajukan beberapa kriteria dan nama-nama sejumlah tokoh yang layak mendampingi Jokowi.
Namun menurut Boni, sebelum berbicara mengenai wapres 2019, perlu membahas tantangan politik yang dihadapi pemerintah sejak 2014 sampai 2018 mendatang. Tantanga itu menurut dia berasal dari dalam dan luar pemerintahan.
Dari luar pemerintahan, menurutnya ada dua tantangan besar yaitu oposisi politik di parlemen dan kelompok garis keras. Oposisi parlemen sempat mengancam terhambatnya pemerintahan pada akhir 2014 sampai awal 2015.
“Setelah Golkar menjadi bagian dari pemerintah, keadaan menjadi lebih tenang. Stabilitas lebih terjamin setelah PDI Perjuangan dan partai pemerintah yang lain berhasil membangun ‘politik keseimbangan di parlemen’ dan bahkan PAN akhirnya melunak terhadap pemerintah” terang Boni.
Mengenai tantangan lain dari luar parlemen, dia menyebut kelompok radikal telah terbukti menjadi kekuatan politik yang serius sejak momentum Pilkada DKI Jakarta awal 2017 lalu.
Isu agama menjadi factor determinan dalam politik belakangan setelah Ahok berhasil dikalahkan dalam pilkada. Kelompok garis keras terus melakukan konsolidasi yang serius dan makin terlihat sebagai gerakan politik ketika “Reuni 212” membicarakan agenda politik 2019.
“Mereka mengkampanyekan ‘Islam harus memilih capres Islam’. Penggunaan isu agama akan menjadi tantangan yang serius bagi pemerintahan Jokowi pada tahun 2018 mendatang karena berdasarkan pengamatan kami, kelompok garis keras berafiliasi dengan kekuatan politik yang ingin mencalonkan lawan Jokowi pada pilpres 2019,” jelas Boni.
Sementara dari dalam pemerintahan, tantangan yang serius menurut dia adalah kohesi antarpartai pemerintah yang melemah terkait pertarungan 2019. Masing-masing partai ingin menjadi pemenang pemilu legislatif dan ingin menjadi kekuatan utama yang mendukung Presiden Jokowi.
Akibatnya, energi partai pemerintah akan terkuras untuk “perang dingin” antarsesama pendukung pemerintah ketimbang memikirkan perlindungan terhadap Presiden Jokowi dari berbagai serangan kelompok garis keras dan perjuangan memenangkan pilpres 2019 itu sendiri.
Menurut Boni, dari berbagai tantangan itu, kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi calon wakil presiden Jokowi adalah sebagai berikut:
1. Wapres Jokowi adalah seorang pekerja yang mempunyai rekam jejak yang baik dalam hal kepemimpinan, bukan seorang politisi yang senang menebar pesona.
2. Figur yang mampu mengendalikan dan meredam kekuatan kelompok radikal. Calon wakil presiden Jokowi adalah sosok “merah-putih” yang nasionalismenya sudah teruji. Aspek nasionalisme ini penting karena ancaman masa depan bagi bangsa dan negara ini adalah gangguan terhadap ketahanan Pancasila sebagai ideologi negara. Kekuatan radikal sedang berjuang keras menggantikan Pancasila dengan ideologi lain. Maka, seorang wapres Jokowi haruslah sosok yang kuat dan teruji dalam aspek nasionalisme dan kenegarawanan.
3. Calon wakil presiden Jokowi juga harus didukung oleh partai besar mengingat posisi Jokowi yang bukan ketua umum partai politik tertentu.
4. Cawapres Jokowi adalah sosok yang mempunyai kemampuan finansial yang memadai. Itu tidak berarti wapres Jokowi adalah pengusaha. Seorang figure yang mampu merangkul para pemodal besar sangat dibutuhkan untuk menjadi tumpuan dalam pertarungan 2019 karena Jokowi sendiri bukan oligark atau pengusaha besar yang bisa mendanai sendiri perjuangan politiknya.
5. Kriteria terakhir adalah elektabilitas. Sosok wapres harus mampu memperkuat elektabilitas Jokowi yang sudah memadai.
Siapa Nama yang Tepat?
Menurut Boni ada sebagian nama yang sudah disebutkan dalam berbagai survey dan sebagian lagi barangkali belum disebutkan.
“Silahkan pembaca membuat kesimpulan sendiri siapa yang paling potensial menjadi wapres Jokowi
berdasarkan evaluasi yang kami buat di bawah ini” ungkapnya.
1. Budi Gunawan
Terkait kriteria di atas, Budi Gunawan adalah sosok yang tepat. Ia pekerja tulen, bekerja keras dalam diam, professional dalam membangun intitusi dimana saja ia ditempatkan. Sebagai Kepala Badan Intelijen Negara, BG berhasil mendongkrak kinerja BIN, terutama dalam menghadapi ancaman radikalisme dan terorisme. Ketegasan BG dan BIN dalam melawan kelompok radikal dan teroris adalah prestasi yang pantas diapresiasi.
Selain itu, BG berpotensi didukung oleh partai politik besar seperti PDI Perjuangan dan partai lain, karena kemampuannya membangun jaringan dengan partai politik sejak menjadi pimpinan Polri sampai sekarang. Selain itu, jaringan BG yang begitu luas akan menjadi kekuatan baginya dalam menarik dukungan para pengusaha.
Dari berbagai survey belakangan (dan Indo Barometer) terlihat bahwa BG adalah sosok yang potensial menjadi calon wakil presiden Jokowi. Ia dikenal luas oleh masyarakat pemilih dan elektabilitasnya potensial untuk didongkrak lebih tinggi lagi ke depan.
2. Tito Karnavian
Tito adalah sosok Kapolri yang tegas dan nasionalis sejati. Ia cerdas dan professional, namun sayangnya Tito belum memperlihatkan ketertarikan untuk terjun ke dalam politik praktis. Saya tidak begitu yakin Tito tertarik untuk masuk ke dunia politik sekarang ini.
3. Gatot Nurmantyo
Panglima TNI yang cukup kontroversial. Ia sempat diisukan untuk menjadi capres melawan Jokowi, dan juga diisukan menjadi cawapres Prabowo Subianto di 2019. Semua isu itu ditepis oleh konsistensinya menjaga pemerintahan Presiden Jokowi. GN memenuhi banyak kriteria di atas, namun semua kontroversi yang terkait dirinya cukup mengganggu citra GN sehingga elektabilitasnya belum bisa dipastikan apakah akan menopang atau justru menjadi batu sandungan bagi Jokowi bila dipasangkan di pilpres 2019 mendatang.
4. Puan Maharani
Sosok Puan barangkali tidak banyak dibahas orang. Namun, sebagai tokoh muda di partai pemenang pemiu 2014, dan sebagai Menteri yang cukup berhasil di cabinet Jokowi, Puan pun layak dipertimbangkan sebagai cawapres Jokowi 2019. 5. Agus H Yudhoyono: AHY mempunyai dukungan partai yang jelas. Ia juga cukup cerdas sebagai anak muda. Sayangnya, AHY tidak mempunyai pengalaman yang memadai dalam berpolitik sehingga dianggap sebagai politisi karbitan. AHY baru potensial menjadi cawapres di pilpres 2024 setelah ia belajar membangun
jaringan dan citra di tengah masyarakat politik.
6. Ahok
Sosok yang juga ideal karena bisa menarik dukungan dari kaum muda progresif dan kelompok minoritas, sayangnya Ahok sudah “disembelih” dalam pilkada dki Jakarta 2017 sehingga sulit bisa digadang sebagai wapres Jokowi. Sosok Ahok ideal tetapi secara politis, ia bukan sosok yang realistis untuk memenangkan pilpres 2019 karena justru memperkuat isu kelompok radikal yang ingin memanfaatkan agama sebagai modal politik.
7. Sri Mulyani
Adalah sosok perempuan yang cerdas namun sayangnya Sri tidak mempunyai dukungan partai, dan tersandung kasus Bank Century yang sampai hari ini masih menjadi momok yang mengancam citranya dalam politik.
8. Rini Soemarno
RS adalah figur yang fenomenal dalam pemerintahan Jokowi. Sebagai Menteri BUMN ia ditentang banyak kekuatan politk di parlemen namun ia berhasil melewati semua badai politik. Ia adalah perempuan yang kuat. Sayangnya, RS bisa memicu perlawanan yang serius dari partai pendukung
pemeirntah jika ia digadang sebaga wapres Jokowi.
9. Susi Pujiastuti
Sosok perempuan lain yang ideal adalah Susi Pujiastuti. Ia punya popularitas dan integritas yang tinggi. Itu membuatnya layak disandingkan dengan Jokowi. Ia pekerja tulen seperti Jokowi. Sayangnya, Susi tidak mempunyai dukungan partai yang memadai.