Kupang, Vox NTT- Kader atau Nonkader. Itulah wacana yang bergulir selama proses penjaringan bakal calon gubernur NTT yang diusung Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDIP).
Pada Minggu, (17/12/2017) pagi, teka-teki itu akhirnya terjawab. Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri akhirnya memutuskan mengusung bacagub nonkader, Marianus Sae didampingi ketua DPC PDIP TTS, Emilia J Nomleni sebagai wakilnya.
Meski demikan, keputusan ini tetap menuai kritikan dan penyesalan dari beberapa kader internal partai. Bahkan diantaranya ada yang menolak untuk tunduk pada keputusan DPP PDIP.
“Saya menolak untuk tunduk pada keputusan partai. Di NTT, PDI Perjuangan adalah partai berkuasa selama kurang lebih 15 tahun. Masa mau kadernya di posisi 2. Ini keputusan paling konyol yang pernah ada,” ungkap Dolvianus Kolo, salah satu kader PDIP NTT saat dikonfirmasi VoxNtt.com, Minggu sesaat setelah keputusan itu diumumkan.
BACA: PDIP Usung Marianus Sae-Emi Nomleni
Penyesalan Dolvi, demikian ia disapa, cukup beralasan. Pasalnya Marianus pada pilkada Ngada kali lalu mengalahkan calon dari PDI Perjuangan. Tapi malah kemudian diusung oleh partai menjadi cagub.
“Ini namanya partai mengangkangi kadernya sendiri. Apa ini yang disebut partai kader? Saya kira tidak,” ungkap anggota DPRD Provinsi dari fraksi PDIP ini.
Selain itu, demikian Dolvi, NTT merupakan basis PDIP. Keputusan DPP dinilainya sudah sangat melukai hati mayoritas rakyat NTT dengan tidak mengusung kader sendiri.
Dikatakan Dolvi, karena partai sudah tidak mendukung kader maka sudah pasti mesin partai akan parkir.
“Yang ada pura-pura terima keputusan DPP agar terlihat loyal. Artinya sudah pasti PDIP akan kalah telak,” tegas mantan ketua GmnI Cabang Kupang ini.
“Saya sebagai kader partai tegas menolak keputusan partai apapun risikonya,” lanjut dia.
Penyesalan paling mendalam, menurut Dolvi ketika ada kader partai yang sudah habis-habisan berjuang membesarkan partai dari sejak masih PDI pro Mega malah dilengserkan. Yang dia maksudkan adalah Raymundus Fernandes, Bupati TTU dua periode.
“Bupati TTU 2 periode dan di periode kedua lawan kotak kosong, hasilkan 8 kursi DPRD Kabupaten dan 2 anggota DPRD provinsi NTT dari dapil TTU-Belu. Apa ini bukan prestasi?” pungkas Dolvi.
PDIP menurut dia, menutup mata terhadap keringat kadernya sendiri maka dari itu keputusan ini dinilai keterlaluan dan paling konyol yang pernah ada.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Irvan K