Kupang, Vox NTT- Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan (PDIP) NTT, Frans Lebu Raya angkat suara terkait isu pemecatan salah satu kadernya, Dolvi Kolo yang dianggap melawan keputusan partai.
Lebu Raya mengaku hingga saat ini belum ada komunikasi antara dirinya dengan DPP apakah serius atau tidak untuk memecat Dolvi.
“Sampai hari ini belum ada komunikasi dengan sekjen DPP Partai PDIP, soal pemecatan itu,” kata Lebu Raya kepada wartawan saat Coffe Morning di Rumah Jabatan Gubernur NTT, Sabtu, (23/12/2017).
Walaupun belum ada keputusan resmi, dia menegaskan bahwa kritikan dan ketidakpuasan terhadap keputusan DPP PDIP dalam menetapkan Marianus Sae -Emilia Nomleni sebagai calon gubernur dan wakil gubernur NTT merupakan hal biasa.
“Kita akan pelajari, biasa kalau orang kecewa itu reaksinya berbeda-beda, tapi kecewa itu kan tidak terus-menerus sampai mati kan,” ungkapnya.
PDIP NTT, lanjut dia, akan solid bekerja untuk memenangkan paket Marianus Sae dan Emi Nomleni.
“Kita solid untuk kerja, untuk memenangkan paket ini,” pintanya.
Sementara mengenai gelombang pengunduran diri masal pengurus PDIP di TTU, Lebu Raya mengatakan akan mengecek di lapangan.
“Saya baru baca di media, nanti siapa-siapa yang saya kenal di lapangan baru kita pastikan,” tutur Lebu Raya.
Dia juga mengajak seluuruh kader PDIP NTT untuk bersatu dan menjaga roh partai.
“Saya ngajak seluruh kader, ayo mari bersatu, untuk berjuang kita bersama, kita besarkan partai ini di daerah ini untuk menjaga roh partai ini, untuk perjuangan lebih besar ke depan,” kata Frans.
Dolvi Menggugat
Sebelumnya keputusan DPP mengusung Marianus-Emi digugat oleh beberapa kader internal partai. Bahkan diantaranya ada yang menolak untuk tunduk pada keputusan DPP PDIP.
“Saya menolak untuk tunduk pada keputusan partai. Di NTT, PDI Perjuangan adalah partai berkuasa selama kurang lebih 15 tahun. Masa mau kadernya di posisi 2. Ini keputusan paling konyol yang pernah ada,” ungkap Dolvianus Kolo, salah satu kader PDIP NTT saat dikonfirmasi VoxNtt.com, Minggu sesaat setelah keputusan itu diumumkan.
BACA: PDIP Usung Marianus Sae-Emi Nomleni
Penyesalan Dolvi, demikian ia disapa, cukup beralasan. Pasalnya Marianus pada pilkada Ngada kali lalu mengalahkan calon dari PDI Perjuangan. Tapi malah kemudian diusung oleh partai menjadi cagub.
“Ini namanya partai mengangkangi kadernya sendiri. Apa ini yang disebut partai kader? Saya kira tidak,” ungkap anggota DPRD Provinsi dari fraksi PDIP ini.
Selain itu, demikian Dolvi, NTT merupakan basis PDIP. Keputusan DPP dinilainya sudah sangat melukai hati mayoritas rakyat NTT dengan tidak mengusung kader sendiri.
Dikatakan Dolvi, karena partai sudah tidak mendukung kader maka sudah pasti mesin partai akan parkir.
“Yang ada pura-pura terima keputusan DPP agar terlihat loyal. Artinya sudah pasti PDIP akan kalah telak,” tegas mantan ketua GmnI Cabang Kupang ini.
“Saya sebagai kader partai tegas menolak keputusan partai apapun risikonya,” lanjut dia.
Penyesalan paling mendalam, menurut Dolvi ketika ada kader partai yang sudah habis-habisan berjuang membesarkan partai dari sejak masih PDI pro Mega malah dilengserkan. Yang dia maksudkan adalah Raymundus Fernandes, Bupati TTU dua periode.
“Bupati TTU 2 periode dan di periode kedua lawan kotak kosong, hasilkan 8 kursi DPRD Kabupaten dan 2 anggota DPRD provinsi NTT dari dapil TTU-Belu. Apa ini bukan prestasi?” pungkas Dolvi.
PDIP menurut dia, menutup mata terhadap keringat kadernya sendiri maka dari itu keputusan ini dinilai keterlaluan dan paling konyol yang pernah ada.
Penulis : Tarsi Salmon
Editor : Boni Jehadin