Kefamenanu,Vox NTT- Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten TTU terus berupaya untuk meningkatkan kunjungan wisata di daerah tersebut pada tahun 2018.
Upaya yang dilakukan salah satunya adalah pengembangan pariwisata budaya maupun dan religi.
Pada aspek budaya, Pemda setempat memperjuangkan rumah adat dari suku-suku di Biboki,Insana dan Miomafo sebagai destinasi baru di NTT, khususnya di TTU.
“Di Maslete ada rumah adat milik Suku Sanak, di Noetoko ada juga peninggalan budaya, di Insana ada Sonaf, di kiupasan dan Oelolok dan di Biboki ada Sonaf di Tamkesi. Ini potensi besar yang kalau dikelola bisa datangkan pemasukan yang cukup besar untuk daerah ini,”jelas Bupati TTU, Raymundus Sau Fernandez saat diwawancarai VoxNtt.com di Gedung DPRD TTU pada kamis (28/12/2017).
Selain wisata budaya, jelas Ray, pada tahun 2018 nanti Pemda juga akan mengembangkan pariwisata di bidang religi.
Di antaranya wisata budaya Kure di Kote, Kecamatan Noemuti dan juga Taman Doa Kristus Raja yang akan dibangun di Puncak Bukit Neonbat, Kelurahan Maubeli, Kecamatan Kota Kefamenanu yang akan mulai dibangun pada tahun 2018 nanti.
“Dua aspek ini yang akan kita fokuskan untuk pengembangan pariwisata pada tahun 2018 nanti. Kalau Tanjung Bastian belum bisa kita kembangkan karena memang lokasi tersebut masuk dalam kawasan hutan. Dan sampai saat ini kita belum dapat ijin dari kementerian kehutanan,” jelas Bupati Ray.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten TTU, Agustinus Kaesnube saat diwawancarai media ini di gedung DPRD setempat mengungkapkan, selama beberapa waktu belakangan ada tiga buah rumah adat yang mendapat dana pemeliharaan dari pemerintah provinsi
Ketiganya yakni rumah adat Sarbabu di Kelurahan Upfaon dan rumah adat Suku Nabu di Desa Tunbaen, Kecamatan Biboki Selatan serta rumah adat Suku Sanak di Maslete, Kelurahan Tubuhue, Kecamatan Kota Kefamenanu.
“Selama ini 3 rumah adat tersebut untuk pemeliharaan dan juga yang jaga dibiayai oleh propinsi, kalau tidak salah per bulan Rp 1,5 juta. Kita akan lakukan evaluasi apakah tiga rumah adat ini masih perlu untuk kita danai atau harus kita ganti dengan rumah adat yang lain,” jelas mantan Asisten II Setda TTU tersebut.
Sementara terkait wisata religi Kure, Kaesnube mengaku, baru beberapa waktu lalu dirinya menerima sertifikat penghargaan dari pemerintah pusat lantaran dinilai sukses melestarikan budaya religi tersebut.
Sehingga pihaknya berkomitmen akan terus berinovasi untuk menjaga dan melestarikan wisata religi peninggalan bangsa Portugis tersebut.
“Kure akan terus kita gelar setiap tahun dan untuk semakin menarik minat wisatawan tahun 2018, kita pastikan taman doa yang di dalamnya ada Patung Kristus Raja akan mulai kita bangun dan targetnya harus selesai pada tahun 2020,” tandas Kaesnube.
Penulis:Eman Tabean
Editor: Boni Jehadin