Oleh: Sumardi
Secara pribadi, saya tidak mengenal Beny Kabur Harman (BKH). Saya justru mengenal rekam jejaknya dari berbagai media, jauh sebelum ia memilih maju menjadi kontestan Pilkada NTT tahun 2018.
Belakangan, saya mencoba menelusuri jejak digital BKH, sekedar untuk mengintip pemikiran dan narasinya dalam kiprahnya dipentas politik Nasional.
Melacak rekam jejak ini tentu berangkat dari kesadaran bahwa, dalam memilih pemimpin diperlukan sejenak membuka kembali track record seorang kandidat.
Sebab, tidak cukup hanya dalil popularitas dan elektabilitas yang kini menghegemoni persepsi publik, sebagai alasan utama dalam menyeleksi dan memilih pemimpin.
Di tengah kondisi daerah yang pekat dengan oligarki dan pragmatisme, NTT memerlukan sosok BKH, yang mampu “bernafas panjang,” yakni pemimpin yang sudah melampui tempaan, dan mengarungi turbulensi kepemimpinan, serta telah selesai dengan dirinya.
Dari jejak digital yang saya telusuri, saya melihat BKH, mampu mensinergikan antara kata dan perbuatan, tetapi juga cermat mendiagnosa, tepat menawarkan solusi, sekaligus piawai menggerakkan rakyat untuk bekerja sama menyelesaikan masalah yang ada.
BKH dalam kiprahnya, telah melalui serangkaian proses seleksi (formal dan informal), berinteraksi dengan masalah, konsistensi terhadap tanggung jawab, serta matang dan tenang dalam mengambil keputusan.
Jika sekarang sebagian dari kita merasa “galau” atau bahkan pesimis dengan masa depan NTT. Maka kegalauan dan pesimisme itu mungkin terobati dengan sejenak melihat rekam jejak BKH.
BKH merupakan tokoh yang memiliki segudang pengalaman dalam berbagai bidang. Ini tentu bukan lahir dari ruang kosong, tapi ini melalui proses panjang dan tempaan yang luar biasa.
Tulisan ini lahir, selain sebagai ikhtiar untuk memberikan tambahan referensi (sumbangan informasi), dan ingin mengirim pesan bahwa, BKH adalah sosok yang dinantikan rakyat NTT.
Penulis adalah Humas PKS Manggarai Barat