Maumere, Vox NTT-Demi mengembangkan semangat literasi dan sastra, komunitas Teater Tanya Ritapiret mengadakan diskusi bersama komunitas Teater Dala PBSI IKIP Muhammadiyah Maumere pada Sabtu (3/03/2018).
Kegiatan yang berlangsung di aula kampus IKIP Muhammadiyah ini mengusung tema umum “Diskusi Seputar Kesusastraan dan Seni Pertunjukan Teater”. Tema khususnya yakni “Membaca Karya Sastra yang Berkualitas”.
Peserta yang hadir sebanyak 50 orang terdiri dari dua komunitas ini dan civitas akademika PBSI IKIP Muhammadiyah.
Kegiatan dimulai pada pukul 09.30 WITA dan dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Selanjutnya doa pembukaan dan pembacaan puisi oleh seorang mahasiswa berjudul Aku Melepas.
Drs. H. Amir Djonu, MM selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora IKIP Muhammadiyah dalam sambutannya mengatakan sebagai insan pendidikan, para mahasiswa harus terlibat aktif dalam mendiskusikan sastra dan seni.
“Pendidikan bukan sekadar mengisi Kartu Rencana Studi (KRS) dan lembaran ujian tetapi juga mengembangkan diri sebagai pribadi yang mempunyai kemampuan dan keterampilan. Dengan adanya globalisasi yang semakin berkembang, kita akan menjadi penonton bila tinggal diam. Ada banyak kegiatan seni yang tidak hanya ditonton tetapi juga perlu mendiskusikan dan mengapresiasinya lebih jauh. Kita menerima kemajuan teknologi namun tetap mengingat adat dan tradisi budaya daerah masing-masing”, jelas Djonu.
Ia menambahkan sebagai calon penerus bangsa, mahasiswa harus mengembangkan talenta meski memiliki banyak kegiatan. Dengan adanya kegiatan ini, para mahasiswa dapat mencapai temuan dan terobosan baru dalam memperkuat seni teater.
Sementara Fr. Ardi Suhardi selaku ketua komunitas Teater Tanya mengatakan tujuan dari diskusi ini yaitu untuk membangkitkan kemampuan pribadi yang masih terpendam.
“Diskusi bertemakan literasi ini setidaknya dapat mengangkat kepribadian kita dalam menghadapi perubahan arus zaman. Ketahanan kita dapat diuji dari sejauh mana kita mampu membaca secara baik”, sambungnya.
Dinamika Diskusi
Diskusi kedua komunitas sastra ini dibagi dalam 6 kelompok. Setiap kelompok mencari tempat diskusi di lingkungan kampus.
Diskusi pun berlangsung dinamis. Teater Tanya memberikan informasi seputar membaca karya sastra yang berkualitas. Lalu setiap anggota diskusi bertukar gagasan tentang membaca yang benar disertai menceritakan pengalaman membaca dan menulis.
Diskusi ini berjalan lancar. Anggota forum saling memperkaya ilmu literasi mereka selama dua jam sesion diskusi.
Setelah diskusi dalam kelompok, semua peserta berkumpul kembali di aula kampus.
Setiap kelompok memaparkan rangkuman dikusi. Adapun intisari hasil diskusi yaitu adanya perbedaan membaca tulisan di buku dan handphone, pentingnya membagikan karya sastra lewat media sosial, berani mementaskan karya, dan pentingnya mempelajari karya orang lain.
Selain itu, forum diskusi juga menyimpulkan hal-hal dasar dalam membaca dan menulis seperti: penulis hebat adalah pembaca yang giat, buku yang dibaca menentukan siapa diri kita, dan bakat menulis dapat dimulai dari menulis buku harian.
Semua hasil diskusi akan ditindaklanjuti dalam kerja sama dalam dua komunitas teater ini. Kegiatan ini berakhir pada pukul 13.00 WITA.
Di akhir pertemuan, Ibu Marlin Lering, selaku pembimbing Teater Dala menyampaikan bahwa pertemuan dan kerja sama ini perlu dilaksanakan terus menerus demi meningkatkan kreativitas dalam budaya literasi.
“Teater Dala ini baru terbentuk. Nama Dala diambil dari bahasa Sikka yang berarti bintang. Kami berkomitmen agar Teater Dala dapat menerangi dan membawa semangat kegembiraan bagi banyak orang”, sambung beliau.
Kontributor: Fr. Oriol Dampuk
Editor: Irvan K