Yogyakarta, Vox NTT- Kasus human trafficking (Perdagangan Orang) yang menimpa tenaga kerja asal Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri dari tahun ke tahun kian meningkat.
Bulan Februari yang lalu, TKI asal Timor Tengah Selatan (TTS), Adelina Sau yang bekerja di Malaysia kembali dalam keadaan tak bernyawa.
Adelina bukanlah korban pertama kasus perdagangan manusia ini. Sudah begitu banyak korban dari gencarnya perdagangan manusia ini, bahkan sejak 2013 lalu NTT sudah menjadi daerah darurat HT. Gegara kasus ini pula banyak orang kemudian menyebut NTT sebagai “Provinsi Mayat”.
Permasalahan ini tentu menggugah sekaligus menggugat kesadaran masyarakat NTT, baik yang berdomisili di NTT maupun di luar. Seruan anti HT dan Stop terhadap kekerasan atas nama TKI terus disuarakan.
Kesadaran inilah yang kemudian mengundang simpati sebagian mahasiswa/i asal NTT di “Kota Studi” Yogyakarta untuk membentuk sebuah komunitas anak NTT, dalam usaha menginisiasi pembahasan masalah ini secara lebih mendalam lewat komunitas “Diskusi Publik Anak NTT (Dilan)” Yogyakarta.
Adapun diskusi itu direncananya dilaksanakan, Kamis (3/05/18), bertempat di Kebun Biologi Universitas Sanata Darma, Maguwoharjo, Depok, Sleman tema “Human Traffiking Bikin Galau” dan terbuka untuk umum.
Ketua komunitas Dilan, Grace Gracella kepada media ini menyampaikan, melalui Dilan ini, mahasiswa NTT Yogyakarta yang peduli akan mengkaji permasalahan (HT) ini dari berbagai perspektif.
“Kita akan mengkaji permasalahan ini, dengan menghadirkan naras umber yang kita anggap berkompeten dalam membedah kasus ini,” katanya.
Menurutnya, fenomena yang menempatkan NTT sebagai daerah darurat kemanusiaan ini berpotensi mengancam masa depan orang muda NTT jika tidak segera disadarkan sejak dini. Sebab kata dia, dalam data yang dimilikinya yang menjadi korban HT tidak saja dari kalangan dewasa, tetapi juga remaja bahkan anak di bawah umur.
Oleh karena itu, dirinya Bersama segenap anggota Dilan menghimbau kepada seluruh anak muda NTT, khususnya mahasiswa agar tidak boleh diam dan bersama memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya HT. Dan lewat Dilan, mahasiswa asal NTT yang tegabung di dalamnya akan terus mengkaji masalah ini dan masalah social lainnya di NTT.
“Jadi, Dilan ini sendiri merupakan media edukasi kolektivitas Anak Muda NTT di Yogyakarta yang dibentuk untuk mendorong anak muda NTT agar turut terlibat dalam kajian strategis dari masalah yang ada di NTT. Besok Kamis merupakan diskusi keempat Dilan. Bentuk diskusi besok, diskusi panel dengan menghadirkan beberapa panelis yang akan mengkaji salah satu isu yang krusial di NTT saat ini yakitu Human Tranffiking” jelas Grace.
Adapun naras umber yang akan dihadirkan ungkap Grace adalah Hj. Abdul Malik Usman (Dosen Filsafat UGM) yang akan mengkaji dari perspektif Filsafat dan Sosiologi, Ben Senang Galus (Staf Dinas Dikpora DIY) yang akan mengkaji dari perspektif pendidikan, Ignasius Jaques Juru (Peneliti PolGov Departemen Politik dan Poemerintahan UGM) yang akan mengkaji dari perspektif politik dan hukum dan Suster Deta, SSpS (Pemerhati Masalah Human Traffiking) yang akan mengkaji dari perspektif ekonomi dan ketenagakerjaan.
“Diskusi keempat Dilan ini akan dipandu oleh Erlyn Lasar, penulis sekaligus penggiat sastra dan literasi NTT. Kegiatan diskusi ini kami harapkan dapat memberi begitu banyak poin-poin kritis terkait masalah human traffiking dan harapannya jalan keluar yang akan dibahas dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah NTT dan kepada semua pihak yang berkecimpung dalam usaha mengentaskan masalah perdagangan manusia,” ungkapnya.
“Untuk itu kami mengharapkan kehadiran teman-teman mahasiswa dan seluruh keluarga besar paguyuban Nusa Tenggara Timur yang ada di Yogyakarta untuk menghadiri diskusi Dilan ini,” tambah Grace.
Penulis: Evan L
Editor: Boni J