Borong, Vox NTT-Jalan Provinsi NTT menuju Kecamatan Elar Selatan (Elsel), Kabupaten Manggarai Timur (Matim) hingga kini kondisinya memprihatinkan. Banyak lubang besar masih menganga bagai kali mati di badan jalan.
Mirisnya, kondisi kerusakan jalan yang penuh kubangan itu sudah berlangsung puluhan tahun.
“Sudah terlalu lama kondisi jalan rusak parah begini. Coba perhatikan saja, ini layak tidak disebut jalan. Ini cocoknya kali. Kalau mobil lewat di sini, mobil bisa ditutupi tanah yang tinggi di kiri-kanan jalan. Lihat saja, dinding jalannya setinggi mobil. Sudah lama kami hidup dalam derita karena jalan rusak ini. Kapan derita ini berakhir?” ujar Ondi dan Fian, warga Elsel saat ditemui VoxNtt.com di ruas jalan itu, belum lama ini.
Kedua warga itu mengatakan, ban bus kayu (oto cold) yang melintasi jalur Bea Laing-Mukun-Mbazang itu harus bergerigi utuh, selayaknya roda excavator. Jika tidak, bisa macet berjam-jam. Bahkan bisa macet dari siang sampai malam.
Harga Barang di Elsel Sangat Mahal
Keterisolasian akibat jalan rusak di wilayah Elsel berdampak pada harga berbagai kebutuhan pokok menjadi malah. Kesulitan transportasi menuju kecamatan perbatasan dengan Kabupaten Ngada itu telah mengakibatkan inflasi.
Bensin dan solar, misalnya, dijual dengan harga Rp 25.000 perbotol. Padahal, di kota harga eceran atau perbotol hanya Rp 15.000.
Kemudian, rokok surya dijual dengan harga Rp 20.000/bungkus dan rokok jitu Rp 15.000/bungkus. Padahal rokok surya di kota dijual Rp 15.000/bungkus, sedangkan rokok jitu hanya Rp 10.000/bungkus.
“Beda jauh harga barang dengan wilayah lain. Itu tadi, penyebab utamanya adalah karena buruknya infrastruktur jalan. Bayangkan kalau hendak menuju Ruteng dan Borong, kendaraan dari Elar Selatan harus melewati kabupaten tetangga. Bagaimana barang kebutuhan pokok tidak jual dengan harga yang mahal?” ujar Ondi dan Fian.
Lumbung Komoditi
Kecamatan Elsel memiliki 13 desa. Desa-desa itu merupakan lumbung komoditi dan ekonomi Kabupaten Matim.
Lahan yang subur rata-rata ditanami kopi, cokelat, cengkih, kimiri, jambu biji, jeruk, mangga dan tanaman komoditi lainnya.
Selain itu, wilayah Elsel juga kaya akan lahan sawah terutama di hamparan sawah Gising yang luasnya sekitar 2000 hektare.
“Itu tadi, kami memiliki potensi ekonomi yang lumayan. Tetapi kendalanya adalah sulit mendapatkan harga yang cukup akibat kondisi infrastruktur buruk untuk jual ke Borong dan Ruteng,” kata Ondi dan Fian.
Warga Sudah Lelah Berharap
Awalnya, kedua warga Elsel ini menolak untuk berkomentar saat diwawancara VoxNtt.com di ruas jalan itu.
Mereka beralasan bahwa sudah terlalu sering warga Elsel berteriak kepada pemerintah agar memperbaiki kerusakan jalan menuju Kecamatan Elsel. Namun, permintaan itu hingga saat ini tidak kunjung direspon.
“Kami sudah bosan omong pak. Kami sudah sering kali teriak di media cetak, online, juga televisi untuk perhatikan jalan provinsi di Elsel ini. Hasilnya tetap seperti ini. Pemerintah masih saja buta dan tuli melihat kondisi jalan ini. Jadi, kami sudah capeh dan lelah. Mau omong dengan cara apalagi. Semuanya sudah dilakukan,” ujar mereka.
Keduanya menambahkan, wilayah Elsel bebas dari keterbelakangan saat masa Gaspar Ehok sebagai Bupati Manggarai selama 10 tahun.
“Dulu dari Elar Selatan ke Borong dan Ruteng itu hanya butuh waktu 4 sampai lima jam. Sekarang, bisa belasan jam bahkan bisa 20 jam. Apalagi kalau musim hujan. Mobil dan penumpang bisa nginap di jalan. Kondisi jalan terlalu buruk,” tandas mereka.
Pantauan VoxNtt.com pada 28 7Juli lalu, kondisi infrastruktur jalan menuju Elsel memang sangat buruk.
Jalan provinsi dari Mukun-Mamba memang sudah ada pengerjaan pengerasan. Namun, masih belum banyak yang belum tuntas.
Dari Mamba menuju belasan desa lainnya, kondisi jalan seperti kali mati. Batu-batu besar berserakan di badan jalan. Tumpukan tanah samping jalan pun setinggi bus kayu yang biasa taksi di wilayah itu.
Penulis: Nansianus Taris
Editor: Adrianus Aba