Larantuka, Vox NTT- Sosok pendidik satu ini adalah tokoh yang diidolakan siswa-siswanya.
Ia tidak hanya sekedar pendidik yang mengemban tugas tambahan sebagai kepala sekolah, tapi juga adalah sosok pembelajar sejati.
Sebagai kepala sekolah ia meramu kebijakan jam baca di sekolah SDI Klobong yang dipimpinnya menjadi tiga puluh menit setiap pagi.
Aturannya setiap hari lima belas menit. Tapi setelah menyaksikan sendiri bagaimana para siswa-siswi asyik bergelut dengan bacaan dongeng setiap pagi menjadikan Eman mengubah kebijakan waktu jam baca.
“Saya pikir di tengah kusut-masainya pelaksanaan Kurikulim 2013 yang membebani guru dengan segala tuntutan administratif, perlu ada langkah baru yang harus kami ambil dan jalankan dengan gembira,” kata Eman kepada VoxNtt.com.
Literasi sekolah jadi pilihan yang ampuh. Eman terus memotivasi anak-anak dengan membaca setelah sebelumnya banyak mendongeng untuk mereka. Bacaan dongeng setiap pagi pun jadi pilihan.
Eman mengaku anak didiknya sangat menikmati dunia membaca. Dari situlah dia bersama guru di sekolah mengubah jadwal jam baca dari lima belas menit menjadi tiga puluh menit.
Saat ini Eman tengah mempersiapkan penerbitan buku perdananya berjudul Temutu Titen, berisikan sekumpulan dongeng purba Lamaholot.
Eman meyakini bahwa kisah dalam dongeng mampu menghipnotis imaginasi anak untuk memproyesikan semacam impian besar dalam diri juga hidup mereka.
Selama ini mereka (baca, siswa SD) hanya membaca dongeng-dongeng dari luar daerah. Itu sebabnya, dia berinisiatif menuliskan kembali semua dongeng dari Lamaholot yang dulu pernah dikisahkan orang tua dan kakek neneknya untuk dibukukan.
Usahanya yang cukup melelahkan akhirnya berbuah manis. Draft bukunya kini siap terbit.
Rencana setelah terbit buku ini akan dilaunching dan dibedah dalam acara Hari Ulang Tahun Agupena Tigkat Nasional pada bulan September mendatang di Larantuka, Flores Timur.
Eman berpendapat, dongeng itu asyik. Dongeng dapat memberikan hikmat pengetahuan serentak pelajaran moral yang membuat para pembaca menentukan cara pandangnya tentang hidup.
Dongeng tidak harus jadi pengantar tidur tapi perlu mendapatkan posisi tawarnya dalam penanaman nilai-nilai kebajikan universal khususnya kepada anak-anak.
Dengan dasar argumentasi macam inilah yang mendorong Eman untuk menerbitkan buku yang ia beri judul Temu Titen.
Dari bahasa Lamaholot, judul temutu titen berarti cerita kepunyaan kita.
Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga kabupaten Flores Timur, Bernadus Beda Keda, dalam pengantarnya pada draft buku Temutu Titen mengaku bangga dan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas pencapaian Eman dalam menerbitkan buku dongeng Temu Titen.
Sebagai kepala dinas Bernadus ikut mengajak para guru di Kabupaten Flores Timur untuk saling berkompetisi secara sehat, demi melakukan terobosan yang sekalipun sederhana tapi besar manfaatnya bagi pendidikan anak-anak.
Usaha guru Eman dalam menerbitkan buku dongeng Lamaholot akan jadi bahan bacaan wajib juga di sekolah-sekolah di Flores Timur.
Penulis: Hengky Ola Sura