Kupang, Vox NTT- Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Kupang, Yoseph Archadius Banta meminta Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat agar konsisten dengan janjinya terkait moratorium tambang dan pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Usai dilantik oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, 5 September 2018 lalu, Gubernur Viktor dengan lantang menyampaikan akan melakukan moratorium tambang dan pengiriman TKI di NTT.
“Hal ini dipertegas kembali oleh Gubernur NTT dalam pidato perdananya di ruang rapat utama DPRD NTT Senin, 10 September 2018,” kata Yoseph kepada VoxNtt.com, Selasa siang (11/09/2018).
Yoseph mengatakan, masyarakat NTT tentu merasa senang akan janji ini. Sebab, persoalan tambang dan perdagangan orang sudah lama mendera NTT. Prosentasinya pun meningkat dari tahun ke tahun.
Selain moratorium tambang dan pengiriman TKI, kata dia, Gubernur Viktor juga berjanji untuk melakukan reformasi birokrasi di NTT.
“Ini adalah langkah yang baik, mengingat NTT adalah salah satu provinsi termiskin dan provinsi terkorup di Indonesia,”ujar Mahasiswa Undana Kupang itu.
Dia mengatakan, menurut laporan Indonesian Corruption Watch (ICW), pada tahun 2017 kasus korupsi NTT sebanyak 576 dan kerugian Negara mencapai Rp 6,5 triliun.
Bahkan, kasus korupsi terus bertambah setiap tahunnya.
“Oleh karena itu, kami mendukung langkah Gubernur NTT dengan siap mengkawal jalannya roda pemerintahan NTT dibawa komando Viktor Bungtilu Laiskodat dan Yosef Nae Soi,” imbuhnya.
Yoseph juga mengingatkan Gubernur NTT agar konsisten dengan janjinya. “Jangan panas-panas tai ayam,” tandasnya.
“Kami juga mendukung gebrakan gubernur NTT yang menjadikan sektor pariwisata sebagai penggerak ekonomi di NTT,”tutur Yoseph.
Dia berharap, pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia NTT harus didahulukan. Sehingga bisa memicu pengembangan ekonomi kreatif masyarakat di daerah lingkar wisata dan NTT umumnya.
“Jika ini dilakukan maka sektor pariwisata dapat memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat NTT,” tutup Mahasiswa asal Manggarai itu.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Ardy Abba