Oleh: Yohanes Mau
Misionaris SVD, Tinggal di Biara St. Konradus Ende-Flores, NTT-Indonesia
Tajuk Rencana (Kompas Senin, 8/10/2018) melansir judul; Transformasi Nilai Budaya Korsel. Hal yang diangkat dalam tulisan itu adalah soal kerja keras dan konsistensi dalam upaya memberantas korupsi dan para koruptornya.
Korsel menjadi negara kaya, termaju dan inovasi tinggi di dunia. Hal ini karena pemerintah Korsel merawat dan melestarikan budaya kerja serta mendobrak budaya korupsi yang telah menjamur melibatkan pucuk pemimpin negara.
Selain itu Korsel memiliki semangat berkorban untuk kemajuan negaranya.
Dari Korsel kita lirik ke indonesia. Indonesia 73 tahun telah bebas dari penjajah namun dilihat dari segi pembangunan fisik infarastruktur, Indonesia belum mengalami kesejahteraan secara holistik.
Namun akses kesejahteraan itu hanya diakses segelintir orang. Kelompok yang biasa disebut kaum oligarki ini tampil seolah pemilik kuasa atas NKRI.
Di sisi lain, kelompok minoritas dipandang sebagai kelompok kelas dua di negeri ini. Hal ini dapat diketahui secara jelas, setiap musim capres dan cawapres yang tampil dan berduet dalam pesta demokrasi lima tahunan itu hanya didominasi oleh kelompok mayoritas sedangkan minoritas dibiarkan penonton setia yang gigit jari di pinggir lapangan sandiwara demokrasi.
Apakah ini yang bernama demokrasi? Kalau demikian, mengapa pesta demokrasi hanya diramaikan oleh tim-tim dari kelompok mayoritas saja. Ini adalah salah satu faktor kendala majunya negara Indonesia ini ke arah yang lebih luhur dan bermartabat.
Rezim Suharto berkuasa sampai masuk kubur. Ini bukti suramnya masa lalu NKRI. Wajah Indonesia dihancurkan oleh antek-antek yang berkuasa selama 32 tahun ini.
Selanjutnya masa reformasi juga diwarnai aneka persoalan, seperti maraknya teroris dan masalah Bank Century yang hingga kini proses penyelesaiannya masih siluman. Pada periode Jokowi-JK, tampil lagi dengan korupsi dana E-KTP yang sangat merugikan negara, pelaku utamnya Setya Novanto sebagai Ketua DPR RI.
Bangsa ini hancur karena para pemimpin tidak pernah puas mengambil apa yang bukan menjadi hak dan kewajibannya. Inilah sedikit litani duka dari NKRI tercinta ini.
Zaman now sedang hits dengan semangat yang dihidupi oleh Jokowi-JK; sebutan tenarnya Kabinet Kerja Jokowi-JK. Jokowi-JK tampil dengan nuansa dan spirit baru yakni kerja dan kerja.
Spirit ini membawa hawa baru untuk perkembangan dan kemajuan Indonesia ke arah yang lebih baik dan bermartabat. Setiap pejabat dan masyarakat Indonesia mesti bekerja dan bekerja sesuai peran dan fungsinya secara maksimal, efisien dan efektif. Artinya kerja sampai ada perubahan. Karena perubahan hanya bisa terjadi bilah warga dari bangsa ini mau bekerja secara baik dan benar.
Budaya mental instant, malas bekerja dan enggan berjuang untuk keluar dari lilitan kemiskinan adalah budaya primitif yang mesti dibasmi.
Korupsi di kalangan penguasa yang melibatkan para elite politik bangsa ini harus diusut tuntas sampai akar-akarnya. Kalau hal ini dipraktikkan secara terus menerus maka Indonesia juga kelak akan bersaing dengan Korsel yang sedang naik daun dengan kemajuannya di segala bidang kehidupan.
Korsel membudayakan kerja keras dan semangat berkorban untuk bangsanya serta memberantas korupsi mulai dari pujuk pemimpin negaranya. Korsel juga sedang mentransformasikan nilai-nilai budaya yang mendukung dan menunjang kemajuan bangsanya.
Indonesia mesti belajar dari Korsel bagaimana membasmi para koruptor kelas kakap di negeri ini yang hingga kini masih merajalela dan bagaimana harus meningkatkan budaya kerja yang sudah dicanangkan dan dihidupi oleh Jokowi-JK bersama kabinet kerjanya selama ini.
Mari dukung Indonesia untuk tinggalkan budaya lama memenjarahkan dan bangkit mentranformasikan budaya kerja dan kerja. Membudayakan nilai-nilai kerja maka Indonesia akan maju dan bersaing di kanca internaisonal.