Borong, Vox NTT- Bagi penikmat minuman tradisional sopi/moke di Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT, nama Gregorius Modo tak asing lagi.
Ayah dari kelima anak ini, merupakan satu dari sekian pembuat racikan minuman tradisional (sopi) yang ada di kabupaten itu.
Gregorius Modo tinggal di kampung Pongkeling, Kelurahan Rongga Koe, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, NTT.
Di kampung ini, dia memulai karirnya sebagai produsen minuman tradisional sejak tahun 2016 silam. Minuman tradisional yang ia hasilkan dikenal dengan sebutan Sopi atau BM Kobok.
Sebelum jadi peracik, dirinya bekerja sebagai seorang sopir bus Manggarai Indah, salah satu angkutan umum antarkabupaten di pulau Flores. Ia bekerja sebagai sopir 20 tahun lamanya.
Namun karena kecelakaan pada 28 September 2015 silam, Gregorius terpaksa harus berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang sopir. Tragisnya, akibat kecelakaan itu, kaki kanannya terpaksa diamputasi.
Bangkit
Insiden yang terjadi 4 tahun lalu itu tak membuat semangatnya surut menghasilkan pundi-pundi rupiah. Apalagi, dua diantara keempat buah hatinya sedang kuliah di Malang.
Tak butuh waktu lama, dalam tiga bulan pasca persitiwa itu, Gregorius bangkit dari derita yang ia alami dan mencoba merajut harapan yang baru.
Di awal tahun 2016, ia mulai mengawali karir barunya sebagai peracik minuman tradisional sopi.
Sebagai pengusaha baru, awalnya mengalami kekurangan modal, namun lambat laun ia bisa mengatasi hal tersebut.
“Modal awal hanya Rp. 5.000.000, itupun masih sangat kurang, tapi perlahan bisa diatasi” ungkapnya saat diwawancarai VoxNTT.com Sabtu (24/11/2018).
Ketiadaan kaki kanan, bukanlah hambatan tuk melangkah. Baginya, kerja keras dan dukungan dari sang istri, menjadi jurus kunci di balik usaha yang gelutinya.
Dipercaya
Perlahan tapi pasti, usaha Gregorius kian sukses.
Saat ini dirinya disebut-sebut sebagai salah satu peracik minuman tradisional terbaik dan terpercaya.
Sematan itu bukan tanpa alasan. Pendistribusian minuman tradisional miliknya sudah menjangkau hampir di seluruh wilayah Manggarai raya.
“Saya biasa kirim ke Ruteng, Labuan Bajo, Borong dan Ketang,” tutur suami Este Nde’e itu.
Kendati demikian, jumlah sopi yang ia hasilkan dalam sehari tergantung pada banyaknya permintaan pelanggan dan para konsumen yang datang membeli.
“Tergantung musim, kalau rame bisa 100 botol BM per hari tapi kalau sepi biasanya saya hanya buat 40 botol per hari,” ungkapnya.
Namun, itu tak membuat semangatnya lemah. Goris demikian disapa mengaku, sehari sopi yang ia buat selalu ada pembeli.
“Untuk sehari lakunya 5 sampai 6 botol, dengan harga Rp. 60.000 per botol,” tuturnya kepada VoxNtt.com.
Punya Izin
Usaha yang digeluti Goris, awalnya tidak memiliki izin.
“Sebenarnya sudah lama, tapi proses surat-suratnya terlalu lama,” pungkasnya.
Alhasil, usahanya pun kini sudah dilegalkan pemerintah sejak bulan Juli 2018 silam.
Gregorius pun senang dan bersyukur usahanya dipercaya oleh pemerintah dan masyarakat.
Di balik misinya menyekolahkan anak hingga selesai, terselip sebuah harapan dan doa agar bisa menjadi salah satu produsen sopi yang sukses.
“Semoga lancar-lancar saja,” tuturnya.
Bagi para penikmat sopi milik Gregorius Modo dapat dihubungi melalui nomor telepon 082339137000.
Penulis: Sandry Hayon
Editor: Irvan K