Bajawa, Vox NTT-Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ngada mencatat telah terjadi 83 kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pada akhir tahun 2018 hingga awal 2019.
Kasus DBD tersebut tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Ngada.
“83 Kasus ini merupakan akumulasi dari kejadian di akhir tahun 2018 hingga awal Januari 2019. Data yang diterima Dinkes Kabupaten Ngada, per 20 Januari 2019, ada 9 pasien DBD sedang dirawat di RSUD Bajawa,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Agustinus Naru saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Senin (21/1/2019).
Agustinus mengatakan, ke-83 kasus DBD tersebar di beberapa puskesmas yakni Puskesmas Aimere 31 kasus, Puskesmas Koeloda 11 kasus, Puskesmas Surisina 29 kasus, Puskesmas Inerie 2 kasus, Puskesmas Waepana 6 kasus, Puskesmas Watukapu 1 kasus, Puskesmas Watumanu 1 kasus, dan Puskesmas Kota terjadi 2 kasus.
Dari 83 pasien demam yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti tersebut, beber dia, dua di antaranya meninggal dunia.
Kata Agustinus, satu korban meninggal pada akhir Desember 2018. Ia adalah anak berusia 3 tahun dari Aimere.
Sedangkan, satu korban anak lainnya dari Koeloda. Ia meninggal akibat DBD minggu kedua Januari 2019.
Menyikapi kasus DBD ini, kata dia, tim Dinkes Kabupaten Ngada telah melakukan serangkaian tindakan pencegahan sesuai prosedur kesehatan yang ada.
Itu antara lain; tim Dinkes langsung ke wilayah kejadian untuk menggerakan 3M plus, melakukan survey jentik, melakukan abatesasi atau pemberian bubuk abate, serta Foging.
Agustinus menjelaskan, foging atau pengasapan bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa. Foging ini sudah dilakukan di lokasi Seminari Mataloko, Kelurahan Faobata dan beberapa wilayah dalam Kota Bajawa.
Menurut dia, foging belum dilaksanakan secara menyeluruh karena keterbatasan alat.
“Kita hanya memiliki dua alat foging, namun upaya terus dilakukan dengan bantuan pinjaman dua alat foging dari Kabupaten Nagekeo yang tiba Senin, 21 Januari 2019 dan akan langsung beroperasi di wilayah Kecamatan Aimere dengan jumlah kasus DBD terbanyak saat ini,” ujarnya.
Menurut Kadis Agustinus, penyebaran kasus DBD di Ngada berlangsung cukup cepat.
Sebab itu, pihaknya telah mengintruksikan semua puskesmas dan berkoordinasi dengan Lurah dan Camat untuk mendorong masyarakat melakukan gerakan 3M plus, menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan melaporkan adanya kasus DBD kepada petugas puskesmas terdekat.
Ia mengharapkan kerja sama semua stakeholder untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Itu terutama agar bersama-sama mencegah penyebaran kasus DBD ini.
DBD, menurut Agustinus Naru, adalah salah satu penyakit menular. Nyamuk sebagai vektor penular DBD melalui gigitannya.
Sementara Kabid P2P Dinkes Ngada, Agung Artanaya mengatakan, kejadian DBD cenderung meningkat pada musim penghujan.
Hal itu karena curah hujan dapat meningkatkan tempat -tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
“Jentik nyamuk DBD cenderung hidup pada tempat penampungan air yang bersih dan berada dalam lingkungan rumah. Oleh karena itu disarankan kepada masyarakat Ngada agar selalu menguras atau membersihkan tempat penampungan air. Menutup rapat tempat penampungan air dan mengubur barang bekas yang berpotensi sebagai tempat berkembangnya jentik nyamuk DBD,” katanya.
Selain itu, tindakan pencegahan lainnya adalah menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air, terutama yang sulit dibersihkan. Lalu, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu, serta menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang dapat menjadi tempat singgah nyamuk DBD.
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Ardy Abba