Kupang, Vox NTT-Calon presiden RI, Jokowi dan Prabowo yang kini bertarung dalam pemilu 2019 belum menjadikan isu human trafficking sebagai perhatian serius dalam kampanye pemilihan presiden.
Hal itu terbukti dari absenya isu ini dalam debat capres baik babak pertama maupun babak kedua.
Sorotan itu dilayangkan direktur Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (PADMA) Indonesia, Gabriel Goa saat dihubungi VoxNtt.com, Selasa (12/03/2019).
Menurut Gabriel, isu ini seharusnya menjadi perhatian serius karena menyangkut nilai kemanusiaan dan harga diri bangsa.
Di samping itu, target perdagangan orang baik di Indonesia maupun di NTT telah menyasar ke kelompok milenial sebagai aset bangsa masa depan.
Sementara di sisi lain, kedua capres gemar membangun branding diri mereka sebagai sosok yang dekat dengan milenial.
BACA JUGA: Generasi Milenial NTT Rentan Jadi Korban Human Trafficking
“Di dalam Negeri kita ribut soal TKA yang menyerbu Indonesia tapi kita lupa bahwa PMI baik legal maupun ilegal telah menjadi TKA di luar Negeri dan sedang dalam keadaan terancam,” kata Gabriel.
Selain itu, Padma Indonesia juga melihat Capres dan Cawapres hanya menjadikan isu Human Trafficking dan PMI sebagai pencitraan belaka.
“Bahkan kami menilai PMI asal NTT yang meninggal banyak di Malaysia mengalami diskriminatif dari Negara tidak menjadi atensi Presiden RI. Negara hanya sibuk dengan Aisyah dan mengabaikan WNI asal NTT yang meninggal di Malaysia diurus dan dibiayai oleh solidaritas keluarganya untuk kembali ke NTT,” ungkap Gabriel.
Atas dasar itu Padma Indonesia mendesak Presiden RI dan Kementerian terkait untuk tidak mengabaikan WNI asal NTT yang meninggal bertubi-tubi di Malaysia.
Untuk diketahui, pada tahun 2018 jumlah warga NTT yang meninggal di luar negeri sebanyak 108 orang.
Sementara tahun 2019 hingga 13 Maret, kematian TKI asal NTT mencapai 28 orang.
Selain itu, Padma Indonesia menghimbau Capres dan Cawapres agar jangan hanya berdebat soal TKA yang menyerbu NKRI tetapi juga berjuang untuk membela dan melindungi TKI/PMI yang menjadi TKA di Luar Negeri terutama para Korban Human Trafficking dan PMI Non Prosedural.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Irvan K