Kupang, Vox NTT-Semangat persaudaraan mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang patut diacungkan jempol.
Demi membantu kedua teman mereka yang sedang sakit, para mahasiswa yang tergabung dalam angkatan 2013 menggalang dana pengobatan dengan menjual alpukat asal Soe, NTT.
Bagi mereka, menjadi mahasiswa bukan sekadar menimba ilmu agar menjadi pintar, tetapi juga mengasa kepekaan sosial untuk membantu sesama yang kesusahan.
Kepekaan sosial itu mereka tunjukan tidak hanya lewat kata-kata belas kasihan, tetapi juga dengan aksi nyata di lapangan.
Kedua teman yang mereka bantu adalah Susi dan Yumi. Susi adalah mahasiswi asal Taklale, Kupang Timur yang baru diwisudakan September 2018 lalu dan kini menderita TBC tulang .
Sementara, Yumi, mahasiswi asal Maidang, Sumba Timur yang kuliahnya terhambat karena menderita kista.
Menurut Ayi Rambu Kareri, karena menderita TBC tulang, Susi harus dirawat selama 6-9 bulan di Bali.
Untuk biaya pengobatan, sejauh ini Susi memang ditanggung oleh BPJS, namun untuk biaya lain-lain seperti makan, minum, transportasi dan penginapan, Susi yang ditemani mama dan tantanya butuh bantuan.
Sementra Yumi, lanjut Ayi, dia disarankan untuk menjalani pengobatan tradisional di kampung halamannya, Maidang.
“Karena di sana tidak ada sinyal. Dia lost contact dengan kami. Dia memang sempat masuk rumah sakit, namun pihak rumah sakit memintanya pulang karena sakitnya tidak jelas. Padahal, waktu di Kupang dia diketahui mengidap kista,” cerita Ayi yang dihubungi VoxNtt.com, Rabu (13/03/2019) siang.
Ayi berharap, dengan adanya publikasi tentang kegiatan ini, mereka dapat terhubung kembali dengan Yumi yang selama ini nomor HPnya di luar jangkauan.
Jika kembali terhubung, Ayi dan teman-temannya bermaksud untuk segera mengirim bantuan dan membantu mengurus surat cutinya di kampus.
“Seandainya orang di Sumba membaca berita ini, tolong disampaikan ke Yumi jangan menyerah, kami selalu ada membantunya,” kata Ayi.
Jualan Alpukat
Menurut Ayi, pertama kali berpikir untuk berjualan alpukat terinspirasi bersama temanannya, Ria.
Dia dan Ria memang sengaja berjualan alpukat untuk meringankan beban orang tua di kampung halaman mereka. Apalagi, keduanya sekarang berada di semester akhir yang tentu membutuhkan banyak biaya.
“Pertama kali berjualan alpukat itu untuk melunasi SPP kak. Ria kan banyak pohon alpukat di rumah, Jadi dari pada buang-buang, mending dijual untuk bantu orang tua. Apalagi sekarang musim alpukat di Soe” kisah Ayi.
Keduanya mengaku memasarkan alpukat sejak awal Februari. Aplukat itu dipasarkan secara langsung maupun di dunia maya.
Namun saat sedang berjualan, keduanya mendengar kabar Yumi dan Susi menderita sakit. Keduanya kemudian berpikir untuk segera menggalang dana.
Awalnya, dana sebagai modal dikumpul dari teman-teman angkatan 13.
“Kami satu angkatan kumpul uang sekitar 750 ribu untuk dijadikan modal awal penggalangan dana,” sambung Ria.
Selanjutnya, dana itu mereka putar dengan membuat rantangan RW. Sembari RW dijual bersama teman-teman angkatan, keduanya tetap berjualan alpukat untuk menambah penghasilan.
Selain berjualan alpukat, mereka juga membuat kue brownis untuk mengisi waktu kosong selama kesulitan mencari anjing.
Kerja keras mereka ternyata membuahkan hasil. Dari menjual RW mereka mendapat untung sebesar Rp.2.400.000.
Sementara dari jualan alpukat meraup untung sekitar Rp.3.000.000.
Selain itu ada pula orang tua mahasiswa yang ikut menyumbang dengan menyisihkan perpuluhannya demi kelancaran usaha mereka.
“Saat ini kurang lebih kami punya dana 5.000.000. Seandainya ada yang ingin menolong lagi itu jauh lebih baik lagi,” kata Ria.
Bagi yang ingin memesan alpukat, saat ini stoknya masih tersedia di Oesapa, Kota Kupang.
Harganya, murah meriah yakni 10.000/3 buah. Jika ingin memesan, Ayi dan kawan-kawan bisa langsung antar asalkan minimal pemesanan 20.000 untuk wilayah Oesapa.
Sementara untuk luar Oesapa, pesanan dapat diantar dengan minimal pemesanan 50.000. Jika berminat silakan memesan lewat nomor HP: 082266217897.
Catatan Redaksi: Ayi, Ria dan teman-teman angkatanya di Fakultas Teologi Universitas Artha Wacana Kupang mengajarkan kita untuk saling menolong meski dalam kesulitan hidup.
Kita berbangga bahwa di tengah zaman yang makin kental dengan individualisme dan hedonisme ini, masih ada sekelompok orang muda yang tetap menjaga spirit solidaritas dan kemanusiaan. Terima kasih teman-teman.
Penulis: Irvan K