Maumere, Vox NTT- Rasio elektrifikasi atau tingkat perbandingan jumlah penduduk yang menikmati listrik dengan jumlah total penduduk di Propinsi NTT masih tergolong rendah.
Data statistik dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan rasio elektrifikasi mencapai angka 98,30% secara nasional.
Dari semua provinsi di Indonesia, rasio elektrifikasi paling rendah ditempati oleh provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu 61,90%.
Provinsi lain selain NTT mencatat rasio elektrifikasi di atas angka 84,00%. Rasio elektrifikasi terrendah selain NTT juga terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu 84,30%.
Hal ini terungkap dalam data statistik yang dipresentasikan oleh Ignasius Jonan selaku Menteri ESDM Republik Indonesia pada saat memberikan kuliah umum di Aula St. Thomas Aquinas STFK Ledalero pada Sabtu (23/3/2019).
Kuliah umum dengan tema ‘Energi Berkeadilan untuk Rakyat’ ini diselenggarakan oleh panitia pesta emas STFK Ledalero.
Pada kesempatan tersebut, Ignasius Jonan juga menyatakan bahwa penyebab utama rendahnya rasio elektrifikasi di NTT adalah karena kurangnya kerja keras dari rekan-rekan PLN NTT.
Bahkan, Jonan meminta kesediaan dari rekan-rekan PLN NTT untuk bekerja 24 jam sehari dalam rangka mencapai rasio elektrifikasi yang lebih tinggi lagi dalam waktu ke depan.
“Dalam rasio elektrifikasi NTT masih tertinggal. Waktu tiga tahun lalu saya bertugas di sini (kementerian ESDM), provinsi yang tertinggal itu Papua. Tetapi sekarang provinsi yang tertinggal adalah NTT. Tahun ini kita akan mengejar ketertinggalan itu, tetapi tolong rekan-rekan di NTT juga mau bekerja keras. Kalau perlu bekerja 24 jam sehari. Saya mendapat laporan bahwa kita mau membangun jaringan listrik di sini tetapi rekan-rekan PLN tidak mau bekerja sangat keras,” demikian ungkap Jonan.
Menteri Jonan berpesan bahwa kerja keras itu sangat penting. Pesan tersebut disampaikan oleh Menteri Jonan di hadapan hadirin yang mengikuti kuliah umum, termasuk General Manager PLN NTT.
Selain tertinggal dalam bidang elektrifikasi, NTT juga belum diperhatikan dalam bidang gas. Belum ada jaringan gas kota yang dapat digunakan untuk konsumsi rumah tangga.
Tahun ini, ungkap Menteri Jonan, Kementerian ESDM juga akan mengusahakan ketersediaan jaringan gas kota di NTT.
Selain menyinggung persoalan elektrifikasi dan jaringan gas kota di NTT, pada kesempatan kuliah umum tersebut, Menteri Jonan juga menyentil persoalan kekurangan air bersih di NTT. Menteri ESDM mengklaim bahwa NTT juga sering mengalami kesulitan air bersih, terutama pada musim kering.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, mantan Menteri Perhubungan tersebut menghimbau kepada para kepala daerah, baik Bupati atau pun Gubernur, untuk menyurati Kementerian ESDM dalam rangka membangunkan sumur bor di wilayah yang mengalami kesulitan air bersih tersebut.
Menteri ESDM menambahkan bahwa satu somor tersebut bisa melayani 3000 jiwa.
Capaian Kementerian ESDM
Menteri ESDM menyampaikan materi kuliahnya melalui media video dan data statistik. Dalam data statistik dan video yang dipresentasikan pada kuliah umum tersebut, Jonan menampilkan berbagai capaian yang diperoleh kementerian yang dipimpinnya selama beberapa tahun belakangan.
Capaian selama empat tahun belakangan tersebut meliputi berbagai sektor dan subsektor. Capaian dalam bidang regulasi, realisasi anggaran Kementrian ESDM, menyediakan energi hingga ke pelosok tanah air, pembangunan jaringan gas kota, peningkatan kapasitas pembangkit listrik nasional, penerimaan dari sektor migas dan capaian dalam beberapa bidang lainnya.
Beberapa bukti konkrit capaian tersebut misalnya adalah BBM satu harga, beroperasinya Pembangkit Listrik tenaga Bayu (PLTB) Sidrap dengan kapasitas 75 Mega Watt, Blok Mahakam dan Blok Rokan dikelola nasional dan perundingan divestasi 51% saham freeport telah selesai.
Kontributor: Arsen Jemarut
Editor: Irvan K