Ende, Vox NTT-Koordinator Tim Relawan Untuk Kemanusiaan-Flores (Truk-F), Sr. Eustochia SSpS menyatakan, banyak laporan masyarakat tentang kasus kekerasan perempuan dan anak yang diterima dari Kabupaten Ende.
Tak hanya itu, laporan masyarakat tentang kasus serupa pun diterima Truk-F dari Kabupaten Nagekeo.
Suster Eustochia menjelaskan, laporan-laporan itu diterima Truk-F di kantor pusat Maumere, Kabupaten Sikka. Beragam kasus yang diterima baik kekerasan maupun kasus pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak.
“Alasan membuka (sekretariat) di Ende karena bahwa kami punya banyak laporan tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak dari dua kabupaten itu,” kata Sr. Eustochia di Aula Olangari seusai rapat koordinasi dan launching sekretariat Truk-F di Ende, Kamis (28/03/2019).
Alasan kedua yaitu Truk-F berkeinginan untuk lebih dekat dengan korban dan keluarga. Kedekatan dimaksud untuk memudahkan pelayanan, pengaduan maupun memulihkan kembali psikologi korban kekerasan tersebut.
Namun, untuk memulihkan rasa trauma korban yang dianggap sangat berat akan dilakukan di Maumere.
“Sehingga para korban tidak perlu memberi laporan ke Maumere. Bisa mengadu di sekretariat disini di Biara Bruder St. Kondradus Ende. Juga termasuk untuk wilayah Kabupaten Nagekeo,” ucap Suster Eustochia.
Ia menjelaskan, pihaknya lebih mementingkan pemulihan psikologi para korban dan keluarga daripada proses hukum pidana. karena itu bukan dalam koridor Truk-F.
Sr. Eustochia menegaskan, upaya pemulihan itu sudah diamanatkan dalam Undang-undang. Untuk itu, Pemerintah Daerah diharapkan terus mendorong UU tersebut dengan Peraturan Daerah (Perda).
“Dan perlu didorong dengan perda untuk perlindungan perempuan dan anak. Dengan itu maka anggaran itu harus dikeluarkan untuk kepentingan perempuan dan anak,” ungkap Sr. Eustochia.
“Memang kami sadar betul banyak juga yang katakan sesudah pidana itu apa yang harus dilakukan Truk-F. Itu sebenarnya bukan tanggung jawab kami tetapi tanggung jawab pemerintah. Pemerintah wajib membuat pemulihan itu. Dan pemerintah harus membuat mereka (korban) dengan memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan,” pungkasnya.
Di sisi lain, kata Sr. Eustochia, pihaknya bersedia untuk menerima kritik atau koreksi oleh siapapun. Kritikan tersebut sebagai bentuk tanggung jawab untuk kepentingan masyarakat, terutama perempuan dan anak.
Sementara itu, Bupati Ende Marselinus Y.W. Petu dalam sambutan tertulisnya menjelaskan, kekerasan terhadap perempuan merupakan pelanggaran terhadap harkat dan martabat perempuan.
Fakta yang terjadi selama ini, jelas Bupati Marsel, adalah perempuan masih ditempatkan pada posisi yang terpinggirkan. Kehidupan perempuan masih didominasi di bawah tekanan laki-laki.
Untuk itu Bupati Marsel berharap, kehadiran Truk-F di Ende sebagai bentuk dukungan terhadap pemerintah demi menjaga harkat dan martabat kaum perempuan.
Ia juga mengatakan, kekerasan terhadap anak juga masih terjadi di Kabupaten Ende. Ia menyinggung soal kejadian asusila yang terjadi oleh oknum guru kepada peserta didik di Ende.
Menurutnya, peserta didik merupakan aset bangsa yang perlu dibimbing dan dijaga. Begitupula para tenaga pendidik yang menjadi panutan, mesti melakukan hal-hal yang baik dengan menjaga moralitas seorang guru yang baik pula.
Penulis: Ian Bala
Editor: Ardy Abba