Bajawa, Vox NTT- Bupati Ngada Paulus Soliwoa menegaskan, untuk menurunkan angka stunting di kabupaten itu membutuhkan kerja sama pemerintah dan lintas sektor lainnya.
Ia mengingatkan, stunting sudah berurusan dengan nilai kemanusiaan, yang mana sasaran utamanya adalah para wanita yang akan memasuki usia pernikahan dan pasangan usia subur.
Hal itu disampaikan Paulus dalam sambutannya pada kegiatan sosialisasi atau rembuk stunting di aula Yasukda Bajawa, Kamis (23/05/2019).
Dikatakan, ada 30 desa di Kabupaten Ngada yang angka stuntingnya masih di atas 50%. Sebab itu, butuh kerja sama lintas sektor untuk bisa menurunkannya.
Selain itu, kata Paulus, perlu re-orientasi kebijakan KB dan harus kembali ke filosofi dasarnya.
Kata dia, KB adalah tentang pembatasan angka kelahiran. Sedangkan orientasi kesejahteraan menjadi urusan pemerintah.
Untuk diketahui, kegiatan sosialisasi atau rembuk stunting ini digelar oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada.
Sosialisasi ini merupakan tahapan aksi ke-3. Sebelumnya telah dilaksanakan aksi 1 dan 2 yaitu, pengumpulan dan analisa data, serta penyusunan rencana kegiatan baik spesifik maupun sensitif.
Pertemuan aksi 1 dan 2 sudah dilaksanakan dan difasilitasi oleh BP-Litbang Kabupaten Ngada.
Kabid Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Martha Lin Manuk sebagai Ketua Panitia Penyelenggara dalam laporannya mengatakan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang berulang, infeksi berulang dan pola asuh yang tidak memadai terutama dalan 1000 HPK.
Ia menjelaskan, stunting memengaruhi perkembangan otak, sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal. Stunting juga menjadikan lebih rentan terhadap penyakit.
Menurut Martha, upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi. Keduanya yaitu intervensi gizi spesifik untuk menyasar penyebab langsung dan intervensi sensitif untuk menyasar penyebab tidak langsung.
Intervensi spesifik umumnya diberikan oleh berbagai program pada sektor kesehatan yang menyasar penyebab langsung seperti, asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, kekurangan nutrisi dan kesehatan lingkungan.
Sedangkan, intervensi sensitif ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan, dengan sasaran adalah masyarakat umum, tidak khusus pada ibu hamil dan balita pada 1000 HPK, dan berkontribusi pada 70% intervensi stunting.
Kegiatan yang dilakukan antara lain; menyediakan dan memastikan akses pada air bersih, sanitasi, layanan keluarga berencana, Jaminan Kesehatan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini Universal, dan Ketahanan Pangan.
Martha menambahkan, dalam upaya pencegahan dan penanggulangan stunting ada 8 aksi konvergensi yang perlu dilaksanakan.
Itu antara lain, analisa situasi, rencana kegiatan, rembuk stunting, Perbup/ Perwali tentang peran Desa, kader pembangunan manusia, manajemen data, pengukuran dan publikasi, serta review kinerja tahunan.
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Ardy Abba
https://www.youtube.com/watch?v=m07YkjJFceU