Labuan Bajo, Vox NTT- Tahun 2018, Kasus HIV/AIDS di Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT) tercatat sudah ada 66 kasus.
Sementara itu untuk tingkat nasional kasus HIV/AIDS sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Menanggapi hal ini, Wakil Bupati Mabar Maria Geong, mengajak masyarakat di kabupaten itu secara bersama-sama mencegah agar tidak ada lagi korban.
Hal itu dapat dilakukan, kata Maria, dengan cara menamankan nilai-nilai agama dan lain-lain sebagai pedoman hidup.
Ia menjelaskan, tahun 2018 kasus HIV/AIDS di Indonesia secara akumulatif telah mencapai angka 108.829 kasus dengan jumlah penderita 300.159 jiwa.
Sebelumnya, dalam acara malam renungan AIDS Nusantara, yang diselenggarakan Sahabat Remaja Manggarai Barat (SMART), Sabtu (25/5/2019) malam, Maria menyampaikan juga hal yang sama bahwa kasus HIV/AIDS di Mabar pada tahun 2018 sejumlah 66 kasus.
Acara yang bekerja sama dengan Institut Hak Asasi Perempuan (IHAP) itu berlangsung di halaman Kantor Bupati Mabar.
“Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Manggarai Barat sampai dengan saat ini sebanyak 66 kasus. Jumlah ini adalah data penderita yang dilaporkan dan diperkirakan jumlah yang tidak dilaporkan mungkin lebih besar lagi,” jelas Maria.
Dijelaskannya, HIV telah menjadi epidemic global yang menyerang setiap tingkat kehidupan masyarakat.
Ini juga sekaligus salah satu ancaman paling serius yang dihadapi oleh umat manusia saat ini. Karena tidak ada satu Negara pun yang dapat mengklaim wilayahnya bebas dari HIV/AIDS.
“Penyakit HIV ini telah menjadi epidemic global yang menyerang semua tingkat kehidupan masyarakat. Saya kira, tidak ada satu negarapun di dunia ini yang bisa mengklaim wilayahnya bebas HIV AIDS,” pungkas Maria.
Menurut dia, sejak lama berbagai cara telah dilakukan untuk mengatasi gerak laju HIV.
Saat ini, jelasnya, sejarah pengobatan HIV/AIDS telah mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan dengan ditemukan obat antiretroviral.
Tapi obat ini, ungkap Maria, sebatas memperlambat reproduksi virus dan mencegah atau mengurangi beberapa efek yang diakibatkannya.
“Belum ada obat yang sepenuhnya dapat menyembuhkan HIV/AIDS. Atas dasar hal ini maka menerima apa adanya bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan Orang Hidup dengan HIV AIDS (OHIDA) menjadi lebih penting ketimbang mempersoalkan dari mana dia mendapatkannya dari siapa kapan dan mengapa ia bisa tertular yang justru akan lebih membawa luka baru bagi para pengidap HIV,” tutupnya.
Penulis: Sello Jome
Editor: Ardy Abba