Borong, Vox NTT-Sejak mendapatkan izin operasional pada 1987 silam, kini sekolah swasta SMPK St. Yosef Kisol, Kelurahan Tanah Rata, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), NTT dalam kondisi terancam.
Pasalnya, sekolah yang sudah berkiprah 32 tahun itu hanya mendapatkan 26 peserta didik baru.
Di lain sisi, sekolah itu juga tidak memiliki murid kelas XII. Padahal SMPK St. Yosef Kisol sudah memasuki usia ke-32 tahun.
Kepala SMPK. St Yosef Kisol, Nazarius Ferdinandus Mbadu mengatakan, keberadaan sekolahnya sudah banyak memberikan kontribusi positif untuk pemberdayaan manusia di wilayah itu.
“Sekolah ini sudah banyak alumni yang sudah berkiprah di berbagai daerah, dan itu tidak hanya berasal dari di wilayah Tanah Rata tetapi juga di luar kelurahan ini,” ucap pria yang kerap disapa Ferdi itu saat ditemui VoxNtt.com, Senin (15/07/2019) pagi.
Walau hanya 26 peserta didik baru, Ferdi optimistis ke depan pihaknya akan berusaha membangkitkan kembali semangat orangtua untuk menyekolahkan anaknya ke SMPK St. Yosef Kisol.
“Memang isu yang berhembus di luar kami di sini uang sekolah mahal, tetapi kita terbuka dengan orangtua. Dan yang memutuskan uang sekolah itu adalah orangtua siswa. Kita melakukan diskusi dan mereka membahasnya dengan berbagai pertimbangan. Maka saya pikir tidak ada yang salah dengan keuangan,” ujarnya.
“Ke depan kita optimis akan melakukan hal positif, sehingga bisa membangkitkan kembali semangat masyarakat. Kita akan berusaha dan bekerja keras,” tukasnya.
Sejauh ini, aku Ferdi, total peserta didik di SMPK St. Yosef Kisol sebanyak 93 orang, 7 orang guru dan 3 orang pegawai.
Dia juga berjanji akan terus melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk mensosialisasikan tentang SMPK St. Yosef Kisol.
“Dalam setiap pertemuan atau diskusi dengan masyarakat saya sering sampaikan bahwa SMP ini sudah lama berdiri dan memiliki izin operasional yang jelas,” imbuhnya.
Ferdi menambahkan dirinya belum memiliki data lengkap terakait jumlah alumni. Namun, aku dia, sejak 2009 SMPK St. Yosef Kisol sudah menghasilkan 637 alaumni.
Mimpi Jadi Presiden
Usai mewancarai kepala sekolah, VoxNtt.com pun berkesempatan untuk bertemu peserta didik baru di sekolah itu. Mereka tampak senang dan antusias untuk bersekolah di SMPK St. Yosef Kisol.
“Kaka kami senang sekolah di sini bisa banyak teman. Airnya di sini juga tidak susah,” ucap Rizki Agu seorang siswa yang tengah duduk di bangku paling depan.
Saat ditanya tentang cita-cita, bocah berpostur mungil itu, bermimpi menjadi orang nomor satu di Indonesia.
“Kaka saya ingin jadi presiden seperti bapak Jokowi, pokoknya saya ingin jadi presiden,” ucapya sembari mengangkat tangan.
Beberapa sisiwa lain pun, ramai-ramai mengangkat tangan dan menyebut cita-cita mereka.
“Kami mau jadi guru, pastor, bidan dan dokter,” ucap para peserta didik baru.
Menjaga Martabat Pendiri Sekolah
Terpisah, Ketua Yayasan SMPK St. Yosef Kisol, Petrus Selasa Rau secara tegas menyatakan dirinya akan tetap mempertahankan keberadaan sekolah itu.
“Saya bukan mau cari kaya dengan sekolah ini, tetapi ini soal martabat, harga diri sebagai orang Rongga dan juga ayah saya yang telah berusaha mendirikan sekolah ini,” ujar Petrus.
Dirinya sangat menyayangkan apabila sekolah yang telah berkipra lama itu, justru masa depannya akan suram apalagi kelak akan ditutup.
“Ini yang kita pikirkan ke depan kalu begitu jangan ada intervensi dari pemerintah untuk sekolah ini,” ucapnya.
Dirinya juga menilai, salah satu penyebab kurangnya peserta didik baru di sekolah itu yakni keberadaan SMP Negeri baru yang letaknya sekitar 100 meter dari SMPK St. Yosef Kisol.
“Dulu ada yang daftar tapi hanya 3 orang, makanya kami arahkan ke sekolah lain kita tidak bisa mengajar dengan 3 orang siswa. Tetapi sekrang lumayan 26 orang kita coba bangkit lagi,” ujarnya.
Petrus juga mengaku, ia dan beberapa pengurus komite lainnya sempat mendatangi Dinas PK Matim yang kala itu dijabat Frederika Soch dan juga DPRD. Mereka untuk meminta kejelasan terkait keberadaan sekolah negeri itu.
“Tetapi sampai sekarang kita juga belum tahu bagaiamana ke depannya, padahal kita sudah sampai sekarang sudah 32 tahun berkiprah,” tandasnya.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba
Baca Juga: