Atambua,Vox NTT-Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar di Kabupaten Belu sudah berlangsung sejak bulan Juli 2019. Kondisi ini masih berlangsung hingga Selasa (06/08/2019).
Akibatnya, masyarakat pemilik kendaraan berbahan bakar solar dan para petani pemilik mesin diesel kesulitan untuk mendapatkan solar.
Hasil penelusuran VoxNtt.com di lapangan sebulan terakhir, kelangkaan BBM jenis solar di kabupaten yang berbatasan dengan Timor Leste ini, dipicu oleh kurangnya stok atau pasokan solar di setiap SPBU.
Sejumlah pegawai SPBU yang ditemui VoxNtt.com mengaku, stok solar yang dipasok hanya 5 ton per hari. Biasanya kalau normal, stok per hari 10 ton. Namun, ada fakta lain yang justru membuat kelangkaan solar semakin parah.
Di enam SPBU di Atambua dan sekitarnya, stok solar yang masuk di SPBU ditengarai dimonopoli oleh kendaraan sejumlah perusahaan besar, yang saat ini sementara mengerjakan proyek-proyek infrastuktur berskala besar di daerah perbatasan RI-RDTL.
Terpisah, pemikik PT.Kuda Laut Timor, Baldin Tanur yang ditemui media ini, menjelaskan, seharusnya sesuai regulasi, para pengusaha yang mengerjakan proyek menggunakan BBM industri.
Hal tersebut juga diakui Egy, pengawas SPBU Fatubanao. Egy membenarkan bahwa seharusnya, kendaraan perusahaan yang sementara kerja proyek menggunakan solar industri atau dexlite.
Namun diduga, hal tersebut tidak dipatuhi para kontraktor. Baldin mengakui, dari stok solar industri yang dia pasok, yang terjual ke kontraktor hanya 15% hingga 20%. Itupun pembelinya tidak sampai lima perusahaan. Sementara, jumlah perusahan konstruksi di Belu jumlahnya mencapai puluhan.
“Ya, yang beli hanya satu, dua perusahaan. Dari total stock yang kita sediakan maksimal hanya 20% yang terjual. Kurang tau, perusahan besar,mereka beli solar industri dan minyak tanah industry, dimana, karena stocknya hanya ada di kami,” ujar Baldin saat ditemui di kantornya belum lama ini.
Sementara, untuk stock dexlite yang ada di SPBU Fatubanao, dalam sebulah hanya terjual 4 hingga 5 ton. Jumlah ini berbanding sangat jauh dengan stok solar subsidi, dimana untuk stok normal, 10 ton selalu habis terjual dalam sehari dan kalau stocknya hanya 5 ton, solar akan menjadi sangat langkah.
Sementara, pantauan VoxNtt.com hingga Selasa sore (06/08/2019) masih terjadi antrian kendaraan milik sejumlah perusahaan konstruksi di Atambua.
Kendaraan ini dibiarkan seenaknya mengambil solar subsidi dalam jumlah banyak. Parahnya, karena tidak diawasi, ada kendaraan perusahaan konstruksi yang tangkinya dimodifikasi menjadi dua tangki.
Patut diduga, kendaraan ini khusus dipakai untuk mengambil solar sibsidi dari satu SPBU ke SPBU yang lain di Atambua.
Setelah mengisi solar subsidi, kendaraan ini akan membawa solar ke tempat penampungan yang sudah disediakan sebelum di bawah ke lokasi proyek.
Fakta ini sudah berlangsung lama, jauh sebelum sebulan terakhir terjadi kelangkaan solar.
Terkait tidak adanya pengawasan, Kepala Bagian Ekonomi Setda Belu, Frido Siribein mengatakan, Bagian ekonomi akan segera berkoordinasi dengan pihak terkait dan berkoordinasi dengan pertamina untuk meningkatkan pengawasan.
“Kemarin saya sudah lapor ke Pak Wakil Bupati, akan segera rapat,” jawab Frido ketika dikonfirmasi via pesan WhatsAppnya.
Untuk diketahui, sejak awal terjadinya kelangkaan BBM jenis solar di Atambua pada bulan Juli lalu, VoxNtt.com pernah mengonfirmasi Kabag Ekonomi terkait pengawasan yang dilakukan.
Saat itu, Frido menegaskan, akan segera melakukan koordinasi untuk meningkatkan pengawasan dan mencari solusi atas kelangkaan solar. Namun demikian, sudah sebulan berlalu, kondisi kelangkaan solar masih saja terjadi.
“Ini sebagai masukan dan evaluasi nanti. Kami akan awasi dan kerja sama dengan pihak terkait dan koordinasi dengan pertamina. Selama dua minggu lebih,solar diantar dari Kupang akibat pengurangan kuota untuk Kabupaten Belu. Sekarang sudah langsung di Atapupu,” jelas Frido ketika dikonfirmasi VoxNtt.com pada beberapa pekan lalu.
Penulis: Marcel Manek
Editor: Boni J
.