*) Puisi-Puisi Melki Deni *
Doa Seorang Pelacur
Kecewa memang ekor terkeren dari perjuangan keras.
Ia selalu menari dari belakang,
Mengejar cela-cela perjuangan sang teguh.
Kecewa ialah dosen tergratis dalam memberikan kuliah-kuliah kehidupan.
Sebab hidup selalu bergerak, berkembang dan bermaju.
Kematian hanyalah tempat bagi yang tak mau menerima perubahan dan perkembangan.
Tiada yang bisa memaksa tuk bertandang dalam medan pertempuran yang sama.
dan tak ada yang berhak tuk mengurungi kehidupan ini.
Tak boleh ciptakan sangkar sehingga aku dipenjarakan di dalamnya.
Aku hanya mau memupuk tanaman kejujuran dan kesetiaan.
dan setiap pagi aku berusaha mencabut kebohongan, gombalan, munafik dan tipu daya sampai ke akar-akarnya.
Tapi tetaplah di-tumbuh-kan dengan siraman air yang mengalir dalam hati itu.
Tak apalah, yang sia-sia bukanlah sia-sia atau terakhir.
Memang kita tidak lebih dari dua orang yang tidak berpikir tentang hal yang sama,
kendati menggunakan bahasa yang sama.
Mengapa Aku Tanya!
Sedari kecil aku bertanya tentang yang tidak bisa dijawab lengkap.
Memang pertanyaan adalah jawaban yang harus ditanya terus-menerus.
Mengapa harus ada peperangan di dunia yang dihuni oleh daging-daging murahan dari debu tanah?
ada bahasa yang dilahirkan nenek moyang kita!
Mengapa tidak berpikir suci, bertutur manis, dan berlaku lembut.
Bibir-bibir sudah dilas dengan aluminium murahan di bengkel pinggir jalan.
Aku tetap bertanya,
Mengapa ada ayahanda bertuhan memerkosa anak gadisnya?
Ibunda dibunuh anak kandung di tempat tidur?
Otak-otak sudah dicemar oleh puing-puing elektromagnetik di depan emperan maya.
Mengapa ada manusia mengobral murah manusia lain di tangan manusia tidak bermoral?
Aku haus akan jawaban yang jujur, tanpa melilit ngawur.
Atau jika sudah dijawab dengan analogi dan metafora,
aku tetap bertanya.
Mengapa harus ada yang rela gugur di kota-kota besar demi Tuhan, kekuasaan, nama, kepentingan, melayani tuan nafsu dan nafsu tuan-tuan monster?
Aku tetap bertanya kepada siapa saja yang rela mendengar.
Mengapa ada Tuhan yang haus akan pujian dan belaan?
Mengapa aku harus bertanya!
*Melki Deni, mahasiswa semester III STFK Ledalero Maumere, berasal dari Reo Manggarai. Penyair aktif menulis pada beberapa media.