Ende, VoxNTT-Institute for Essential Services Reform (IESR) dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Nusa Bunga meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di SDK Boafeo, Desa Boafeo, Kecamatan Maukaro, Kabupaten Ende, NTT pada Sabtu (24/08/2019).
Energi tenaga surya dengan daya 5 kilowatt peak (kWp) atau tepatnya 4950 Watt peak (Wp) ini diresmikan oleh Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa yang disaksikan perwakilan AMAN, Camat Maukaro, Kepala Desa Boafeo Quintus Laja, Kepala Sekolah dan para guru, tokoh adat dan segenap warga setempat.
Fabby menyebutkan, banyak desa di wilayah Indonesia Timur yang belum menikmati akses energi modern. Padahal energi modern adalah prasyarat untuk kemajuan dan pembangunan.
Kebutuhan akses energi juga tidak berhenti pada penyediaan listrik saja, melainkan juga sebagai akses energi yang dapat mendorong kegiatan produktif, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pendidikan dan pembangunan desa.
“Pemasangan instalasi PLTS atap ini merupakan langkah awal implementasi Energy Delivery Model (EDM) dan Boafeo menjadi desa pertama di Indonesia yang kami jadikan percontohan. Kami berharap energi surya yang tersedia di SDK Boafeo ini dapat mendorong semangat anak-anak untuk belajar, mempermudah proses belajar mengajar, dan pada akhirnya meningkatkan kualitas pendidikan mereka,” katanya.
Ia menjelaskan, bantuan tersebut merupakan kerja sama IESR dengan Catholic Agency for Overseas Development (CAFOD) yang bermarkas di Inggris.
Kemudian pada Tahun 2016, bermitra dengan AMAN Nusa Bunga untuk memulai proyek percontohan EDM ini di Desa Boafeo, Ende, Nusa Tenggara Timur.
Provinsi ini dipilih karena memiliki tingkat kemiskinan energi (energy poverty) yang paling tinggi di Indonesia. Hingga tahun 2019, rasio elektrifikasi NTT masih berada di kisaran 72%, tertinggal dibanding provinsi lain di Indonesia.
Mendukung Usaha Kopi
Selain bidang pendidikan, kata Fabby, energi surya tersebut dapat menunjang ekonomi rakyat.
Fabby menerangkan, pemilihan lokasi di Boafeo-Ende karena merupakan salah satu desa di NTT yang belum terjangkau jaringan listrik PLN.
Selain itu, wilayah ini terletak di atas bukit dengan infrastruktur jalan terbatas dan memiliki potensi produksi kopi yang melimpah.
Sehingga, dengan energi ini masyarakat setempat menyepakati tiga value proposition yakni energi untuk penerangan rumah tangga, peningkatan pendapatan masyarakat dengan peningkatan produksi dan kualitas kopi (memerlukan energi untuk pengolahan kopi), serta peningkatan kualitas pendidikan (memerlukan energi untuk mendukung proses pembelajaran).
“Dari desain EDM ini, bisa dilihat bahwa kebutuhan energi yang muncul di Boafeo cukup multidimensional. Tidak hanya pada kebutuhan penerangan dan tidak selesai pada penyediaan energinya saja. Dari value proposition terkait kopi, misalnya, energi telah dilihat sebagai faktor pendorong untuk meningkatkan produktivitas, di sisi lain juga perlu kegiatan pendukung untuk mendorong para petani kopi mempraktikkan cara pertanian yang baik untuk meningkatkan kualitas kopi atau mengemas kopi dengan menarik sehingga dapat dijual di pasar yang lebih luas dan lebih jauh,” terang Fabby.
Selain Fabby, Program Officer Akses Energi Berkelanjutan IESR Hapsari Damayanti berharap agar program percontohan tersebut dapat menjadi salah satu upaya kemajuan Desa Boafeo.
Selain itu diharapkan mutu pendidikan di SDK Boafeo semakin membaik dan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain di Kabupaten Ende.
“Semoga mutu pendidikan di SDK Boafeo dengan penyediaan listrik surya atap dan pelatihan guru semakin baik dan mampu bersaing dengan sekolah lainnya di Kabupaten Ende,” ujar Hapsari.
Ketua AMAN Nusa Bunga, Philipus Kami berharap agar bantuan panel energi surya tersebut dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik untuk terciptanya mutu pendidikan dan berdaya saing.
Philipus juga berharap terhadap tenaga pendidik yang mengikuti pelatihan Kurikulum 13 (K-13) untuk menerapkan ilmu atau teknik mengajar yang lebih kreatif dan praktis.
“Semoga bantuan energi panel surya dgn kapasitas yang ada bisa menjadi daya dorong untuk SDK Boafeo beserta guru guru dan komitmennya dapat meningkatkan daya saing peserta didik,” katanya terpisah.
“Jadi sekali lagi bahwa diharapkan bagi guru-guru yang mengikuti pelstihan K-13 dapat mengejawantakan ilmu-ilmu yang didapat untuk membangun pendidikan di masing masing sekolan dengan baik dan juga dapat meningkatkan kompotensi guru sekaligus membangun daya saing,” kata Philipus.
Kepala SDK Boafeo, Agustinus Rani mengucap terima kasih terhadap bantuan panel energi listrik tersebut.
Menurut dia, bantuan tersebut untuk menunjang proses belajar mengajar baik terhadap siswa maupun guru.
“Penyediaan listrik dengan PLTS atap di SDK Boafeo ini merupakan kebanggaan bagi kami. Selama ini SDK Boafeo mengalami kesulitan untuk melaksanakan proses belajar mengajar secara optimal karena belum adanya listrik. Siswa membutuhkan penerangan untuk belajar kelompok di malam hari, sehingga listrik dari PLTS atap ini sangat bermanfaat,” katanya.
Selain itu, ia juga berharap dukungan jaringan internet sebagai salah satu bentuk aksesibilitas informasi terhadap perkembangan pada bidang pendidikan.
“Ia, internet juga penting. Kami masih kekurangan itu, karena menurut kami sangat penting untuk kemajuan daya pikir siswa,” ujar Agustinus lantas berharap dukungan pemerintah terhadap program internet sekolah.
Penulis: Ian Bala
Editor: Ardy Abba