Kupang, Vox NTT – Forum Pemuda Nusa Tenggara Timur (NTT) mengkritisi kampus dan organisasi mahasiswa di daerah itu yang terkesan ”masih tidur”.
Pernyataan Forum Pemuda NTT ini terkait begitu banyak persoalan Negara yang sedang dihadapkan di depan mata, salah satunya terkait revisi UU KPK.
Ketua Forum Pemuda NTT, Agustinus Budi Utomo Gilo Roma mengajak seluruh pemuda, mahasiswa dan rakyat untuk berjuang bersama. Itu untuk membangkitkan kesadaran kritis.
“Hari ini kita melihat gerakan kaum intelektual semakin progres dengan mengkritisi kebijakan pemerintah,” ungkap Bedi Roma kepada VoxNtt.com, Selasa (24/09/2019).
Menurut dia, ada begitu banyak persoalan Negara yang Sedang dihadapkan di depan mata. Itu mulai dari persoalan Papua, revisi Undang-undang KPK, BPJS, Kebakaram hutan di Riau sampai pada RUU Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
“Akumulasi dari rentetan persoalan ini adalah tamparan bagi semua rakyat Indonesia,” tegas mantan Ketua PMKRI Cabang Kupang itu.
Oleh karenanya kata dia, Forum Pemuda NTT mengajak seluruh anak-anak muda di provinsi itu untuk berdiri bersama rakyat guna mengambil sikap tegas dalam menanggapi persoalan-persoalan Nasional tersebut.
Ia juga meminta kepada pihak-pihak kampus agar memperbolehkan mahasiswanya untuk bergerak sebagai bentuk demokratisasi dengan kajian – kajian ilmiahnya.
“Ini persolan Nasional, kampus di NTT belum bersikap sedikitpun. Membuat diskusi atau seminar yang kadarnya ilmiah juga tidak. Lalu kontribusi kampus-kampus di NTT atas persoalan yang dihadapi Negara apa? Kita paham otonomi kampus memang memberikan kewenangan penuh bagi kampus untuk mengatur rumah tangganya sendiri, ” ujarnya.
Namun tegas dia, dalam berdemokrasi mestinya kampus menjadi laboratoriumnya.
Tak hanya itu, ia juga mengajak semua elemen dan ormas, bergerak bersama untuk berjuang menyuarakan persoalan bangsa.
“Tidak sendiri-sendiri berjuangnya. Menghadapi persoalan besar bernegara ini kita butuh energi persatuan. Persatuan untuk membangun komitmen guna kebaikan Negara,” tegas mantan Presidium Gerakan Kemasyarakatan (Germas) PMKRI Cabang Kupang dua periode itu.
Hari ini tegas dia, mahasiswa NTT tidak bedanya dengan pohon yang tumbuh tapi tidak menghasilkan buah-buah dalam berdemokrasi.
“Saya melihat kampus di NTT seperti mati dalam hidup. Kampus tidak harus berdemonstrasi, tapi minimal membuat kajian ilmiah terkait persoalan- persoalan Nasional sehingga wajah dunia akademik di NTT tidak dinilai seolah-olah mengekang mahasiswa untuk bergerak, ” tegas dia.
“Sebagai alumni kampus saya merasa kampus dan ormas-ormas mesti bersama-sama berjuang juga tidak bisa sendiri-sendiri harus bangun persatuan secara utuh,” tambah alumnus Undana Kupang itu.
Forum Pemuda NTT lanjut dia, meminta semua kaum muda untuk berpikir kritis tidak menjadi milenial yang kosong tanpa kontribusi terhadap peradaban politik dan demokrasi di Indonesia.
“Kita sedih lihat Kampus-kampus di NTT,” tutup Bedi.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Ardy Abba