Ruteng, Vox NTT – Sebanyak 59 mahasiswa Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng mengolah pupuk kandang menjadi pupuk organik, Selasa (24/12/2019).
Kegiatan tersebut berlangsung di wilayah pastoran paroki Wajur, Hawe, Kecamatan Kuwus Barat, Kabupaten Manggarai Barat.
Hal itu merupakan salah satu program kerja mahasiswa Unika pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan menggunakan kotoran babi menjadi pupuk organik.
Salah satu anggota PKM yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, pengolaan pupuk tersebut untuk memanfaatkan kotoran babi yang telah melapuk di kandang babi pastoran paroki Wajur.
Lapukan itu dioloh oleh anggota PKM untuk menjadi pupuk organik.
Hasil olahannya diletakkan pada lubang-lubang yang telah disiapkan di sekitar Gereja Paroki Wajur untuk kemudian melakukan penanaman pohon penghijauan.
“Betapa baiknya kita menggunkan potensi yang ada sebagai pupuk organik. Kita tidak perlu membeli pupuk di toko-toko dengan harga yang mungkin relatif mahal, sementara di daerah ini tersedia pupuk organik yang tidak perlu dibeli,” ungkapnya.
Semua anggota PKM itu bekerja dengan antusias. Tampak semangat juang mereka ada saat menggali dan memindahkan kompos dari tempat pembuangannya ke lubang yang telah disiapkan.
Pendamping PKM Selvianus Hadun mengatakan, kegiatan itu dilaksanakan sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat.
“Kegiatan itu sebagai wujud nyata dari salah satu Tridarma Perguruan Tinggi di bidang pengabdian yakni pengabdian kepada masyarakat (PkM),” ujar Elvis.
Ia berharap kiranya kegiatan itu dapat menjadi contoh bagi umat Paroki Wajur ke depannya agar pupuk kandang tidak dibiarkan begitu saja, tetapi dimanfaatkan sebagi pupuk organik.
Terpisah, Pastor Paroki Wajur RD. Ignasisus A. Santa, Pr. mengatakan, kompos itu digunakan sebagai pupuk organik untuk penanaman pine tree.
Pastor Ignasius berharap agar kegiatan itu dapat memotivasikan masyarakat atau umat setempat.
“Saya berharap agar umat setempat dapat melakukan hal yang sama agar kotoran babi di rumah mereka masing-masing tidak semata-mata sebagai sampah belaka melainkan sampah yang dapat digunakan dan dijadikan sebagai pupuk,” ujarnya.
Penulis: Pepy Kurniawan/ SH
Editor: Ardy Abba