Maumere, Vox NTT- Eks penumpang KM Lambelu pulang ke kampung, Jumat (24/04/2020). Mereka dijemput oleh masing-masing Camat, Kepala Desa dan keluarga. Meski demikian, masih tersisa 19 orang di Sikka Convention Center (SCC).
Pantauan VoxNtt.com sejak Jumat pagi pukul 08.00 Wita, para Camat, Kades dan keluarga sudah berkumpul di depan SCC.
Sejak pukul 12.00 Wita sampai dengan pukul 13.00 rombongan warga karantina dari 15 kecamatan satu per satu meninggalkan lokasi.
Sebelumnya, pada Kamis (23/04/2020) malam, Bupati Sikka Robi Idong mengatakan eks penumpang KM Lambelu masih harus menjalani masa karantina.
Pasalnya, ada perpanjangan masa karantina dengan adanya 9 eks penumpang yang reaktif berdasarkan hasil rapid test II.
Pemda Sikka menawarkan 2 opsi karantina. Pertama, tetap melanjutkan karantina terpusat di bawah pengawasan Satgas Covid- 19 Sikka. Kedua, melakukan karantina mandiri di rumah atau di tempat yang disediakan oleh Camat dan Kepala Desa.
“Bila ada yang nantinya mendapat penolakan, kami akan terima kembali untuk jalani karantina terpusat,” ujar Bupati Idong kepada eks penumpang KM Lambelu di SCC, Kamis malam.
Sejauh ini belum ada informasi pasti mengenai lokasi karantina bagi mereka yang telah pulang.
Kepala Desa Nangahale, Sahanudin yang turut menjemput, mengatakan 14 warganya akan menjalani karantina di rumah masing-masing.
“Kami belum siapkan tempat khusus di desa jadi mereka akan menjalani karantina mandiri di bawah pengawasan kami,” terangnya di SCC.
Belum Bisa Pulang
Di lokasi karantina terpusat yakni di SCC, masih tersisa 19 orang eks penumpang Lambelu. Mereka berasal dari Kecamatan Doreng, Lela, Alok, Nele dan Mapitara.
Informasi yang diperoleh VoxNtt.com dari Kepala BPBD Sikka Daeng Bakir, mereka akan dipindahkan ke lokasi karantina yang baru yakni bekas Kantor Bupati Sikka.
“Mereka akan kita pindahkan karena SCC akan dilakukan pembersihan,” terangnya.
Dari 19 orang tersebut, 3 warga Kecamatan Alok dan 1 warga Nele memutuskan tetap menjalankan karantina terpusat. Sementara sisanya masih menunggu jemputan.
Penulis: Are De Peskim
Editor: Ardy Abba