Kupang, Vox NTT – Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian RI menyediakan 15 juta ton beras. Stok tersebut untuk kebutuhan kurang lebih 267 juta penduduk Indonesia dan termasuk Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Stok beras yang ada saat ini secara nasional sebanyak 15 juta ton. Sedangkan untuk kebutuhan bulan Februari sampai Mei 2020 sebanyak 7,6 juta ton. Dengan begitu, maka stok beras masih tersisa 8 juta ton lebih.
“Jadi, stok pangan kita khusus beras untuk kebutuhan nasional melalui satu skenario optimisme kurang lebih kita siapkan 8 juta ton beras dan itu termasuk NTT. Itu skenario yang paling optimis,” kata Juru Bicara Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTT, Marius Ardu Jelamu kepada wartawan di Kantor Gubernur NTT, Minggu (26/04/2020) malam.
Marius menjelaskan, persediaan stok pangan secara nasional dan di Provinsi NTT masih aman dan stabil.
Meskipun saat ini jelas Marius, bangsa Indonesia dilanda corona virus atau Covid-19, namun ketersediaan atau stok pangan secara nasional masih aman.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, kata Marius, menyiapkan tiga skenario.
Skenario itu terutama terkait kesiapan pangan mulai bulan Februari sampai Mei 2020, lebih khusus lagi dalam rangka kebutuhan masyarakat di seluruh Indonesia selama bulan puasa sampai nanti Idul Fitri 1441 H.
Pertama, skenario yang sangat optimistis saat ini pemerintah telah menyiapkan 3,5 juta ton khusus beras dan sampai Februari ke bulan Mei.
Ketika kemudian berproduksi akan bertambah 12 juta ton, maka semuanya berjumlah 15 juta ton beras. Stok ini untuk kebutuhan kurang lebih 267 juta penduduk Indonesia, termasuk NTT.
Stok beras yang ada secara nasional yakni sebanyak 15 juta ton. Kalau kebutuhan bulan Februari sampai Mei itu 7,6 juta ton, maka masih tersisa 8 juta ton lebih.
Jadi, stok pangan khusus beras untuk kebutuhan nasional melalui satu skenario optimisme kurang lebih disiapkan 8 juta ton. Itu skenario yang paling optimistis.
Kedua, skenario yang moderat yakni negara menyiapkan 3,5 juta ton. Kemudian menghitung apabila ada defisit produksi 4 persen, maka kurang lebih yang dihasilkan 11 juta ton lebih.
Itu berarti kebutuhan dinaikkan menjadi 7,9 juta ton, maka masih memiliki 7 juta ton pangan khusus beras.
Jadi, kebutuhan dari 267 juta penduduk Indonesia masih terpenuhi karena masih ada stok kurang lebih 7 juta ton.
Ketiga, skenario yang paling pesimistis. Stok yang ada 3,5 juta ton, lalu kemudian produksi 11 juta ton lebih.
Setelah dihitung secara matematis bagaimana defisit produksi lalu kebutuhannya 8,3 juta ton untuk 267 juta penduduk Indonesia itu, termasuk penduduk NTT masih tersisa kurang lebih 6 juta ton pangan khusus beras.
Kebutuhan beras untuk 267 juta penduduk Indonesia termasuk NTT pun dianggap masih tetap aman.
Marius menambahkan, ada 11 komoditas yang sangat dibutuhkan saat ini yakni: beras, jagung, bawang putih, cabai, telur ayam, gula pasir, minyak goreng, ayam buras, bawang merah, gula pasir.
“Tentu pemerintah juga berusaha untuk memenuhi semua kebutuhan masyarakat,” jelas Marius.
Menurutnya, ada tiga komoditas yang memang perlu diusahakan lebih keras karena bergantung pada impor itu seperti, bawang putih dan gula pasir.
“Karena memang stok dalam negeri kurang makanya kita harus mengimpor termasuk juga daging sapi dan itu juga stok dalam negeri kurang,” ungkapya.
Persoalannya kata dia, ada sejumlah negara yang menjadi negara eksportir daging sapi ke berbagai negara termasuk di Indonesia terkena lockdown.
Dengan demikian, daging sapi yang dipasokan itu akan terlambat sampai di Indonesia, termasuk NTT.
“Tentu untuk NTT kita tahu sebagai provinsi ternak yang juga memiliki kurang lebih 1 juta ekor sapi untuk kebutuhan masyarakat NTT bisa terpenuhi. Kita harapkan semua kebutuhan dasar masyarakat di seluruh Indonesia termasuk NTT tetap terkendali dan aman,” tandasnya.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Ardy Abba