Maumere, Vox NTT- Warga Kampung Wuring, Kelurahan Wolomarang, Kabupaten Sikka menolak menjalani rapid test Covid-19, Rabu (27/05/2020).
Tim Medis Satgas Covid-19 Sikka tidak bisa membawa pulang sampel darah. Hanya surat pernyataan penolakan warga yang diberikan pihak kelurahan.
Padahal rapid test ini berkaitan dengan adanya satu warga Kampung Wuring yang terkonfirmasi positif Covid-19 dari Klaster Gowa. Yang bersangkutan saat ini dirawat di RSUD dr.T.C. Hillers Maumere.
Lurah Wolomarang Tommy Mandalangi kepada awak media di lokasi mengatakan, masyarakat menjadi takut setelah mendengar informasi yang tidak benar.
“Masyarakat ini sebenarnya ketakutan karena ada informasi yang mengatakan semua masyarakat akan diambil darahnya. Ini informasi yang berkembang,” ujar Tommy.
Ditambahkannya, warga yang harusnya menjalani rapid test.
Sebelumnya telah dilakukan rapid test terhadap 22 orang yang diduga pernah kontak erat dengan pasien positif Covid-19 terdiri atas rekan kerja (sesama pelaut), keluarga inti dan tetangga. Hasilnya 2 di antaranya reaktif dan telah dikarantina di Waigete.
Informasi yang diperoleh, keluarga inti pasien positif Covid-19 telah diambil sampel Swab dan saat ini sedang menjalani karantina mandiri di rumah mereka di Kampung Wuring.
Belakangan VoxNtt.com mendapatkan informasi 20 warga di Wuring sudah siap menjalani rapid test.
Beragam Kecemasan
Baharudin, salah satu tokoh masyarakat Kampung Wuring yang dihubungi VoxNtt.com pada Rabu malam, membenarkan adanya penolakan.
Ia mengaku langsung berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas Wolomarang dan pemerintah setempat termasuk para RT setelah mendengar kejadian tersebut.
Baharudin yang juga anggota DPRD Sikka tersebut menuturkan beberapa alasan di balik penolakan warga.
Pertama, terkait simpang siur informasi sebagaimana disampaikan Lurah Wolomarang, Tommy Mandalangi.
“Ada informasi beredar sehari sebelumnya bahwa semua orang akan di-rapid sehingga warga ketakutan,” terangnya.
Kedua, terkait informasi yang terputus antara Satgas Covid-19 Sikka dengan warga. Warga semakin cemas lantaran rapid test sebelumnya non reaktif, tetapi masih harus menjalani rapid test kedua.
“Maklum masyarakat ini pemahamannya terbatas dan pengetahuannya juga terbatas. Mereka tidak tahu kalau tetap harus jalani beberapa tes lagi walaupun hasil sebelumnya non reaktif,” ungkapnya.
Menurutnya, ini yang perlu dijelaskan Satgas Covid-19 Sikka kepada masyarakat.
Ketiga, terkait kewajiban karantina bila hasil rapid test reaktif. Baharudin menerangkan warga takut bila hasil rapid test reaktif, maka akan dikarantina di Waigete.
“Mereka ini penghasilannya harian jadinya mereka takut dikarantina dan tidak bisa melaut dan berjualan ikan untuk mendapatkan uang,” ungkapnya.
Menurutnya, rapid test wajib dilakukan untuk memastikan kondisi kesehatan. “Harus tetap ikut rapid test. Ini supaya bisa mencegah penyebarannya. Rapid ini baik untuk yang bersangkutan dan juga untuk masyarakat sekitar,” tegas Baharudin.
Bersama beberapa tokoh lainnya mereka sudah berdiskusi terkait kewajiban mengurusi makan dan minum bagi keluarga yang menjalani karantina bila dinyatakan reaktif rapid test.
Pasca kejadian Rabu siang, para Ketua RT setempat langsung bekerja memberikan pemahaman kepada warga dan 20 orang yang harus menjalani rapid test.
Ketua RT 45/RW 9, Munir Hadizin menerangkan, ke-20 warga Wuring yang harus menjalani rapid test telah bersedia.
“Mereka sudah siap. Besok kalau jadi mereka akan jalani rapid test di rumah ketua RW,” kata Munir kepada VoxNtt.com, Rabu malam.
Penulis: Are De Peskim
Editor: Ardy Abba