Kefamenanu, Vox NTT-Kelompok Tani NonoFatuben yang beralamat di RT 11, RW 03, Desa Maubesi, Kecamatan Insana Tengah berhasil menjuarai lomba Ady Karya Pangan Nusantara yang digelar Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten TTU beberapa waktu lalu.
Informasi yang berhasil dihimpun VoxNtt.com, kelompok tani yang bergerak di bidang peternakan tersebut berhasil merebut gelar juara setelah menyisihkan kelompok tani Inkatatatoaf yang berasal dari Desa Oenenu, Kecamatan Bikomi Tengah dan kelompok tani Oemanas, Desa Nian, Kecamatan Miomafo Tengah.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten TTU Kris Nggadas mengakui jika kelompok tani NonoFatuben berhasil menjuarai lomba tersebut.
Menurutnya, lomba Ady Karya Pangan Nusantara merupakan kegiatan rutin tahunan yang digelar Dinas Ketahanan Pangan di seluruh Indonesia.
Itu dengan kategori tokoh masyarakat, tokoh pemerintahan, kelompok tani dan individu.
Setiap peserta yang diikut sertakan dalam lomba tersebut, jelasnya, dinilai berdasarkan tingkat kreativitas ataupun kepedulian terhadap ketahanan pangan keluarga maupun orang lain.
“Jadi tahun ini kami tidak memilih unsur itu semua, kami hanya memilih kelompok tani,” tuturnya saat ditemui VoxNtt.com di ruang kerjanya, Senin (29/06/2020)
Kris menambahkan, dalam perlombaan tersebut terdapat beberapa indikator penilaian.
Itu di antaranya manajemen organisasi berkaitan dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta pembukuan, manajemen usaha dan kegiatan usaha bersama kelompok yang pada intinya meningkatkan ketahanan pangan keluarga.
Kris menjelaskan, hasil perlombaan tingkat kabupaten akan dikirim ke provinsi untuk diperlombakan.
Apabila berhasil meraih juara, jelasnya, akan dikirim ke tingkat pusat untuk diperlombakan pada tingkat Nasional.
“Itu setiap tahun diadakan, beberapa tahun lalu kan pak mantan Bupati Gabriel Manek pernah juara 1 tingkat nasional,” jelasnya.
Terpisah, Moses Naisaban selaku ketua kelompok tani NonoFatuben kepada VoxNtt.com mengaku jika kelompok tani yang dipimpinnya tersebut mulai berdiri sejak 01 September 2005. Itu dengan jumlah anggota 24 orang.
“Sejak awal berdiri kita mulai bergerak di bidang peternakan,” katanya.
Moses menuturkan, usaha peternakan pada kelompok tani yang dipimpinnya mulai berkembang pesat setelah mendapat dukungan dana Rp 300 Juta dari Pemkab TTU pada tahun 2010.
Dari dana tersebut, kemudian pihaknya membeli 65 ekor sapi betina dan 2 ekor sapi jantan.
“Kemudian sapi-sapi tersebut kita bagikan ke seluruh anggota, jadi ada yang dapat 2 ekor dan ada yang dapat 3 ekor,” tuturnya.
Moses mengaku dalam usaha pengembangan ternak sapi, pihaknya tidak terlalu mengalami kesulitan terkait ketersediaan hijauan makanan ternak (HMT).
Pasalnya, kelompok tani NonoFatuben sendiri memiliki 1 hektare lahan yang khusus ditanami HMT.
Selain itu masing-masing anggota kelompok pun memiliki kebun HMT.
Sehingga sapi-sapi yang dibeli dengan menggunakan dana bantuan tersebut bisa berkembang pesat dan hingga saat ini meningkat menjadi 113 ekor.
“Jumlah total sapi yang dimiliki sekarang itu 113 ekor, jadi setiap anggota itu memiliki sapi itu antara 5-8 ekor per orang,” jelasnya.
Moses menambahkan, saat ini kelompok tani NonoFatuben baru berada pada kelas pemula.
Sehingga pihaknya berharap dengan raihan juara tersebut kelompok tani NonoFatuben bisa dikukuhkan ke kelas yang lebih tinggi.
“Kita saat ini baru kelas pemula jadi harapan kami kalau bisa dikukuhkan ke kelas menengah,” harapnya.
Penulis: Eman Tabean
Editor: Ardy Abba