Borong, Vox NTT-Sudah setahun Kristoforus Papur hidup dalam keadaan terpasung. Hari-harinya ia menghabiskan waktu di sebuah kamar yang ada di rumahnya.
Ranjangnya beralaskan papan. Dindingnya pun demikian. Tubuhnya dibaluti kain yang kotor dan kusam. Ia tidak pernah mandi maupun dimandikan. Kakinya diapiti dua buah kayu balok besar.
Kristoforus tinggal di Kampung Lanur, Desa Compang Teber, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Flores-NTT.
Yosep Jehadut (65) sang ayah menuturkan sejak tahun 2013 puteranya itu mulai menunjukkan gelagat yang aneh.
“Dia mulai demam dan menyendiri,” katanya saat ditemui VoxNtt.com di kediamannya belum lama ini.
Yosep dan keluarga tidak tinggal diam. Mereka langsung membawa sang buah hati ke rumah sakit untuk diperiksa. Menurut dokter Kristoforus mengalami gangguan saraf.
“Mungkin karena dia pernah jatuh dari mobil dua kali,” ucap sang ayah.
Yosep mengisahkan konon Kristoforus merantau di Labuan Bajo. Ia bekerja sebagai sopir alat berat milik PT Floresco dan PT Menara.
“Di Floresco dia 5 tahun dengan Menara juga 5 tahun,” katanya.
Tahun 2018 kondisi Kristoforus kian parah. Ia mulai marah-marah. Ia membanting dan memecahkan perkakas dapur di rumahnya. Bahkan pria kelahiran 1985 itu sangat ditakuti warga kampung.
Anehnya saat ingin tidur ia hanya mau didampingi sang ayah. Hal itu membuat Yosep bingung. Namun perasaan takut selalu menghantuinya.
Tak ada pilihan lain, tahun 2019 ia pun secara terpaksa memasung putranya itu.
Ditinggal Pergi Sang Istri dan Anak
Kristoforus memiliki seorang istri dan dua orang buah hati. Bahtera rumah tangga yang sempat dibangun pun berakhir tragis. Sang istri dan buah hati pergi meninggalkannya.
Kata Yosep, istri Kristoforus bekerja sebagai seorang guru. Ia pernah mengajar di salah satu sekolah di desa itu selama dua tahun lamanya.
Namun, kondisi sang suami yang tak kunjung sembuh membuatnya memilih pergi ke tempat lain.
“Kami tidak tahu mereka ke mana karena sampai sekarang belum juga kembali,” tukasnya.
Yosep mengaku selama putranya hidup tak berdaya, ia tak pernah mendapat sentuhan dari Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur (Matim). Ia pun berharap agar putranya itu bisa diperhatikan oleh para pemangku kebijakan di kabupaten itu.
Koordinator Kelompok Kasih Insanis (KKI) Kabupaten Manggarai Timur Markus Makur mengatakan, hingga saat ini jumlah penderita ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) yang dipasung di kabupaten itu berjumlah 50 orang.
Ia berucap jumlah penderita ini yang didata oleh KKI Matim dan tersebar di beberapa kecamatan seperti Kota Komba, Borong, Rana Mese, Lamba Leda, Sambi Rampas, Poco Ranaka dan Elar.
“Mungkin kalau kita data dengan ODGJ yang tidak dipasung mungkin di seluruh kecamatan jumlahnya lebih dari 100 orang,” ujar pria yang juga bekerja sebagai wartawan Kompas.com dan The Jakartapost itu.
Selama ini jelas Markus, KKI Matim melakukan kunjungan dan memberikan obat kepada para penderita ODGJ.
“Ada yang sudah sembuh. Kita berharap semoga ada sentuhan dari pemerintah untuk saudara-saudara kita ini,” ucapnya.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba