Ruteng, Vox NTT- Ayam berkokok saat bakal calon Bupati Manggarai Deno Kamelus menggelar ritus Teing Hang Wura agu Ceki di Rakas, Desa Rado, Kecamatan Cibal, Kamis (03/09/2020) malam.
Teing Hang Wura agu Ceki adalah upacara memberikan makan kepada leluhur atau orangtua yang sudah meninggal.
Rakas sendiri adalah kampung kelahiran Bupati Manggarai yang berpasangan dengan Victor Madur itu. Ritus tersebut dilaksanakan di rumah orangtua dari Deno Kamelus.
Sesaat setelah tahapan ritual toto urat manuk sekitar pukul 23.30 Wita, tiba-tiba ayam berkokok. Toto urat manuk dalam adat istiadat Manggarai adalah proses melihat bagian urat usus ayam jantan untuk melihat apakah doa diterima atau tidak oleh leluhur.
Para tetua adat dengan kemampuannya bisa menerjemahkan susunan urat ayam itu, apakah mendatangkan berkat atau bencana.
Deno Kamelus yang malam itu sedang menjelaskan makna ritus Teing Hang Wura agu Ceki sempat berhenti sejenak setelah mendengar ayam berkokok di sekitar rumah.
Dikabarkan sebelumnya, waktu sudah sudah menunjukkan pukul 21.00 Wita. Suasana hening seketika di tengah nyanyian diwarnai dentuman musik penuh semarak, Kamis (03/09/2020) malam.
Bakal calon Bupati Manggarai Deno Kamelus memasuki rumah orangtuanya di Rakas, Desa Rado, Kecamatan Cibal. Ia dan istrinya Yeni Veronika, serta anak-anak kemudian duduk bersila, berhadapan dengan para tetua adat.
Sebagian yang lain duduk melingkar di ruang tamu. Sementara ribuan pendukungnya mengelilingi rumah permanen itu. Ada yang duduk di kursi yang disiapkan panitia. Ada pula yang berdiri sembari menyapa penuh akrab antar-satu dengan yang lainnya.
Baca Juga: Maju Pilkada Manggarai, Deno Kamelus Minta Restu Leluhur di Tanah Kelahiran
Para pendukung pasangan bakal calon Bupati Manggarai Deno Kamelus dan Wakil Bupati Victor Madur (Deno-Madur) itu tampak khusyuk menyaksikan acara ritus adat Teing Hang Wura agu Ceki.
Deno Kamelus dan keluarga besarnya percaya bahwa kehidupan generasi sekarang dan masa depan, tidak terlepas dari upaya dari ‘wura agu ceki’ (leluhur) di masa lampau dan mereka memiliki keterkaitan dengan generasi masa kini.
Hewan kurban yang dipakai dalam ritus Teing Hang Wura agu Ceki tersebut ialah manuk lalong bakok (ayam jantan berwarna putih) dan manuk lalong cepang (ayam jantan berbulu merah).
Dalam adat istiadat orang Manggarai manuk lalong bakok sebagai ucapan syukur dan permintaan kepada Tuhan. Sedangkan manuk lalong cepang sebagai simbol keberanian dalam meraih cita-cita.
Deno Kamelus menjelaskan, ritual adat tersebut sebagai ungkapan terima kasih atas restu leluhur karena dia sudah memimpin Kabupaten Manggarai periode 2015-2020.
Ia percaya bahwa di tanah kelahirannya itu (tana poro putes) para leluhur bersatu untuk merestuinya sebagai Bupati Manggarai sejak lima tahun lalu.
Tak hanya itu ritus adat tersebut juga untuk meminta kembali restu para leluhurnya agar menang dalam Pilkada Manggarai tahun 2020.
Berharap di balik ritus itu tidak ada roh jahat sebagai penghalang perjuangan mengejar cita-cita atau orang-orang yang berkehendak buruk dalam proses pemenangan Pilkada Manggarai tahun 2020.
Hal itu juga diikuti dengan penyerahan parang oleh tetua adat. Parang sebagai simbol untuk menebas penghalang baik orang maupun roh jahat dalam cita-cita meraih kemenangan Pilkada Manggarai.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba