Ruteng, Vox NTT- Masih ingat nama Kornelis Dola? Pria yang satu ini pernah mau maju sebagai calon Bupati Manggarai periode 2020-2025.
Bahkan pensiunan PNS di Kabupaten Timur itu pernah ikut mendaftar pada sejumlah partai politik. Namun niatnya kandas lantaran tidak menemukan pasangan dan dukungan partai politik.
Kini, Kornelis berbalik arah dukungan politik pada Pilkada 9 Desember 2020 mendatang. Terpantau, ia ikut dalam acara deklarasi pasangan bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Manggarai, Deno Kamelus dan Victor Madur.
Deklarasi pasangan dengan nama paket Deno-Madur itu berlangsung di Rumah Adat Kampung Mena, Kelurahan Wali, Kecamatan Langke Rembong, Minggu, 6 September 2020 lalu.
Lantas apa alasan Kornelis mendukung paket Deno-Madur? Menurut dia, Deno-Madur adalah pasangan yang bekerja keras. Hal itu dibuktikan dengan pembangunan di Manggarai yang sudah menyentuh hampir pada semua aspek.
“Beliau (Deno Kamelus dan Victor Madur) itu tipe orang kerja keras ya. Hampir semua aspek pembangunan disentuh. Melihat keberhasilan mereka ini kan harus dilihat dari semua aspek pembangunan. Pembangunan di pendidikan dan di bidang lainnya itu hampir tersentuh dan dirasakan,” ujarnya saat dihubungi VoxNtt.com, Selasa (08/09/2020) pagi.
Kornelis kembali menegaskan Deno-Madur adalah tipe pemimpin yang mau membangun pada semua titik di Manggarai tanpa terkecuali.
“Ada daerah yang disentuh dengan air, ada yang disentuh dengan pendidikan, disentuh dengan jalan. Sesuai dengan prioritas di sana. Tetapi bahwa mereka sudah menjangkau daerah-daerah,” katanya.
Pria asal Cibal itu pun mengaku Deno-Madur memiliki kekuatan yang luar biasa. Kekuatan-kekuatan Deno-Madur menurutnya, bisa dilihat dari orang-orang yang berada di lingkaran pasangan incumbent tersebut yang bijak dan bertanggung jawab.
“Kita ambil contoh saja misalnya bagaimana orang pusat mendukung beliau ya dalam pembangunan ini. Dia didukung oleh orang-orang cerdas di daerah. Sehingga mengelola daerah di birokrasi itu cukup bagus. Terbukti dengan WTP (opini Wajar Tanpa Pengecualian),” ujarnya.
Baca Juga: Pemkab Manggarai Kembali Raih Opini WTP
Ia melanjutkan, Deno-Madur juga bisa bekerja sama dengan orang-orang di desa. Walaupun memang desa sekarang sudah memiliki otonomi tersendiri, tetapi Deno-Madur selalu menyapa desa sebagai sesuatu kekuatan.
“Demikian juga hubungan timbal balik dari desa ke kabupaten. Jadi ini suatu kekuatan,” katanya.
Selain itu, Kornelis juga mengemukakan berbagai kemajuan di daerah Manggarai. Salah satu di antaranya dilihat dari kemandirian masyarakat. Menurutnya, banyak warga Manggarai yang sudah bisa membuat rumah.
“Itu adalah tanda bahwa rakyat sekarang itu sudah sebagai subyek pembangunan. Dia tidak lagi disuap. Mereka sudah mandiri,” lanjutnya.
Baca Juga: Terkait Isu ‘Kraeng’ dan ‘Mendi’, Ini Kata Hery Nabit
Kemudian Kornelis juga mengapresiasi karena di bawah kepemimpinan Deno-Madur, Manggarai keluar dari daerah tertinggal.
Hal tersebut diketahui dari rilis Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).
Status keluar dari daerah tertinggal tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Nomor 79 Tahun 2019 tentang Penetapan Kabupaten Daerah Tertinggal yang Terentaskan Tahun 2015-2019 pada 31 Juli 2019 lalu.
Baca Juga: Manggarai Keluar dari Status Daerah Tertinggal
Selain beberapa alasan tersebut, Kornelis juga mengakui bahwa Deno-Madur adalah pemimpin yang berbudaya. Ciri khas pemimpin yang berbudaya adalah masyarakat mau nai ca anggit, tuka ca leleng (bersatu) dalam membangun.
Hingga kini, lanjut Kornelis, Deno-Madur masih memandang semua orang sebagai saudara. Hal ini bisa dilihat dalam sikap yang ditunjukan Victor Madur.
“Dia menyapa sebagai kae (kakak), sebagai weta (saudari), sebagai ase (adik), sebagai nara (saudara). Tidak ada musuh di dalam otaknya mereka. Yang ada itu adalah saudara-saudara. Biar kita cerdas, tapi kalau kita tidak menyapa, tidak merendah maka percuma juga. Cawi nai. Kalau nai sudah cawi maka otak apalagi,” tegasnya lagi.
Kornelis menambahkan, kritikan yang menyasar ke Deno-Madur selama ini adalah bentuk kecintaan masyarakat terhadap pemimpinnya.
Ia pun menilai Deno-Madur adalah tipe pemimpin yang menghargai dan menghormati kritikan.
“Dia tidak menekan atau tidak mengekang orang-orang yang mau berpartisipasi. Dia sadar bahwa membangun daerah ini bukan dari otaknya sendiri tetapi dilakukan oleh semua orang,” tandas Kornelis.
Dia kemudian mengungkapkan bahwa dalam mengukur keberhasilan pembangunan ada ukuran-ukurannya.
“Mengukur keberhasilan pembangunan bukan dihitung dari berapa yang belum dibuat tetapi menghitung berapa yang sudah dilakukan dari target yang direncanakan. Misalkan targetnya itu 10 poin dan yang tercapai itu sembilan poin maka sangat memuaskan,” tutupnya.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba