Ruteng, Vox NTT – Bakal calon Bupati Manggarai Herybertus GL Nabit mengomentari isu ‘kraeng’ (bangsawan) dan ‘mendi’ (budak) yang dihembuskan dalam Pilkada Manggarai.
Ia mengatakan, isu tersebut sudah tidak zamannya lagi.
“Kraeng dan mendi sudah tidak zamannya lagi,” ujar Hery Nabit saat deklarasi paket Hery-Heri sebelum pendaftaran ke KPU Manggarai, Sabtu, 5 September 2020 lalu.
Ia mengatakan, isu tersebut sengaja digunakan untuk mendapatkan simpati masyarakat di tengah menurunnya elektabilitas karena gagal membangun Manggarai.
“Kalau survei bulan Juni incumbent masih 25% maka itu kalah!” tegas Hery.
“Karena kalah di depan mata maka isu yang diangkat macam-macam. Mulailah omong soal kraeng agu mendi. Kraeng agu toe kraeng,” lanjutnya.
Ia mengatakan, menghembuskan isu kraeng, bukan kraeng, dan mendi, tidak berdampak pada elektabilitas karena rakyat sudah merasakan kinerja pemimpinnya selama ini.
“Bapa mama sekalian, kalau kita mau menang di Satar Mese Raya, jangan omong soal kraeng dan tidak kraeng. Jangan. Kalah nanti. Kalah nanti. Pasti kalah,” katanya.
“Karena itu, saya tidak pernah omong itu. Saya tidak pernah omong itu. Kalau mau menang di Satar Mese Raya, omong saja jalan Ruteng-Iteng. Omong saja itu pupuk yang terlambat terus,” lanjut Hery disambut tepuk tangan pendukungnya.
Demokrasi adalah Kemenangan Rakyat Jelata Melawan Kepongahan Bangsawan
Sebelumnya, ia juga menyampaikan Pilkada 2020 merupakan kali ketiga ia berjuang untuk memimpin Manggarai.
Ia mulai tampil saat Pilkada 2010 berpasangan dengan Yustina Ndung. Kali itu paket Naun kalah.
Kali kedua, ia kembali maju bersama Adolfus Gabur dengan nama paket HeAd. Ia menjadi satu-satunya penantang wakil bupati dua periode Deno Kamelus yang berpasangan dengan Victor Madur.
Pertarungan head to head kala itu dimenangkan oleh Deno-Madur dengan selisih suara hanya 1,28%.
“Kali kedua tahun 2015, saya hampir menang. Apa pun kondisinya saat itu, hampir menang. Ini kali ketiga. Ini kali ketiga. Ini kali ketiga,” ujarnya.
Ia mengatakan, seorang politisi itu biar mati berkali-kali tetapi tetap hidup lagi. Pengalaman bertarungnya, ia selalu menantang petahana.
Untuk Pilkada kali ini, Hery punya alasan mengapa dirinya kembali bertarung. “Kalau bupati yang dilantik tahun 2015 itu berbuat lebih baik, sedikit saja, saya tak perlu maju,” katanya.
Penulis: Igen Padur
Editor: Yohanes