Kupang, Vox NTT-Fredirikus Ladi, terpaksa membatalkan kegiatannya di Tabanan, Provinsi Bali.
Sabtu (12/09/2020) pagi, dia membeli tiket penerbangan Denpasar-Kupang.
Fredi datang ke ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) itu setelah mendengar kabar duka bahwa adik kandungnya Mario Satarnimus Ladi, tewas dalam kecelakaan sepeda motor di Jalur 40, Kota Kupang.
Di Kupang, jenazah Roy, sapaan akrab korban, disemayamkan di rumah duka keluarga yang beralamat di Naimata, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang.
Kepada VoxNtt.com di rumah duka, Minggu malam, Fredi menceritakan kejadian naas yang menimpa adiknya itu.
“Saya menerima telepon dari Kupang, adik saya Roy meninggal dalam kecelakaan tunggal,” kata dia.
Sabtu sore sekira pukul 14.00 Wita, Fredi dan keluarga sempat mengunjungi lokasi, tempat di mana adiknya mengalami kecelakaan itu.
“Di bagian kiri jalan ada bekas benturan kendaraan motor pada tebing setinggi kurang lebih 2 meter. Ada pecahan bagian motor juga bekas darah sepanjang kurang lebih 7 meter sepanjang jalur 40 di Naimata,” katanya.
Fredi mengaku, belum bisa memastikan apakah adiknya itu mengalami kecelakaan tunggal atau tidak, sebab belum menerima laporan resmi dari pihak kepolisian.
“Kehilangan orang yang sangat kami cintai tentu meninggalkan luka yang amat mendalam bagi Keluarga di Sumba Barat Daya,” ungkap Fredi.
Sementara, Kaka kandung Roy Ladi, Ramos Ladi yang sempat pergi ke lokasi kejadian Minggu pagi mengaku syok berat. Apalagi Sabtu malam, adiknya itu masih sempat mengikuti acara syukuran wisuda di Sikumana, Kota Kupang.
“Kami memang sempat ikut acara di Sikumana, Roy jalan sendiri bukan sama-sama dengan kami pergi. Juga lokasi acaranya berbeda,” jelasnya.
Menurutnya, dua hari sebelum tewas Roy pergi ke Sunkaen.
“Kami tidak tahu ke siapa. Terakhir kami dengar kabar dia sudah meninggal karena kecelakaan,” jelas dia.
Kepada VoxNtt.com, Minggu (13/09), seorang rekan Roy mengaku pergi ke lokasi kejadian jam 06.00. Saat itu tubuh Roy tergeletak di tengah jalan.
“Sudah meninggal. Kami pergi sudah meninggal. Ada polisi dan banyak orang di situ jam 07.00 baru diangkat dan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara. Keadaaanya sudah meninggal,” ujarnya.
Roy Hendak Ikut Seleksi Anggota TNI
Almahrum Mario Satarninus Ladi jauh-jauh dari Desa Pogotena, Kecamatan Loura, Kabupaten Sumba Barat Daya ke Kota Kupang.
Setelah menamatkan pendidikan di SMAK Santo Dominikus Tambolaka, Sumba Barat Daya tahun 2019 ia kemudian ke Kupang untuk mengikuti seleksi menjadi prajurit TNI AD.
“Selama di Kupang korban bertempat tinggal di Penfui belakang kantor Basarnas Kupang. Selama menantikan seleksi masuk menjadi anggota TNI AD, korban juga menjadi ojek di pangkalan simpang AURI Penfui depan King Mart,” cerita Fredi.
Kata dia, menjadi tukang ojek selama tiga bulan korban telah membangun relasi pertemanan dan persahabatan dengan beberapa tukang ojek di pangkalan itu.
Korban dikatakan sangat dekat dengan beberapa orang yang juga ojek di tempat yang sama.
Menjalani relasi pertemanan dan relasi hubungan kerja, korban dikatakan telah mempunyai pelanggan setia.
Beberapa ojek mengakui kedekatan mereka dengan adik Mario Satarninus Ladi. Mereka mengaku ada yang telah mengenal dia tiga bulan, ada yang dua bulan dan ada yang satu bulan.
Kronologi Kejadian
Ferdi menceritakan informasi yang diperoleh keluarga bahwa korban pada Jumat, 11 Februari 2020, sehari sebelum ditemukan tewas, diajak oleh beberapa orang untuk ke tempat pesta.
Sampai saat ini keluarga belum mengetahui lokasi pesta tersebut.
Setelah itu, keluarga mendapatkan informasi bahwa hari masih pagi sekitar jam 05.30 telah terjadi kecelakaan tunggal yang menewaskan Mario Satarninus Ladi.
“Informasi tersebut menyebar luas dan telah dikonsumsi oleh publik bahwa adik kami kecelakaan lalu lintas,” jelas Ferdi.
Mendapatkan informasi tersebut, keluarga bersama pihak Satlantas Kota Kupang kemudian melakukan olah TKP. Selanjutnya korban dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara guna dilakukan visum et repertum.
Diduga Dibunuh
Setelah tiba di rumah duka, kata Ferdi, keluarga langsung melihat kondisi korban. Keluarga kemudian berkeyakinan bahwa Roy bukan meninggal karena kecelakaan. Namun ia meninggal karena dibunuh.
Korban, kata dia, diduga dibunuh lalu dibuang di TKP.
Keyakinan Ferdi dan keluarga muncul setelah melihat kondisi korban yang tidak menunjukkan orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas.
Ia juga mengaku ada kejanggalan pada wajah korban yang cukup mengenaskan seperti bekas hantaman beda tumpul persis di testa.
Kemudian, tidak terdapat lecet sedikitpun di wajah korban akibat terseret di jalan raya, jika memang terjadi kecelakaan lalu lintas.
Wajah korban malah terdapat luka yang diduga disebabkan oleh beda tumpul sehingga testanya pecah. Apalagi batang hidungnya patah, bibir atas membengkak, satu gigi bagian depan tercopot dan didagu korban terdapat luka yang diduga akibat benturan beda tumpul.
Lengan tangan kanan korban juga terdapat luka yang diduga bekas sabetan pisau.
“Melihat kondisi korban yang sangat parah, maka kami sangat yakin adik kami dibunuh oleh orang-orang terdekat selama di Kupang dan dilakukan oleh 4 orang atau lebih,” sambungnya.
Jenazah Roy, Senin, 14 September 2020, diterbangkan ke Sumba Barat Daya (SBD) untuk dimakamkan di kampung halamannya.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Ardy Abba