Kota Kupang, Vox NTT-Kurang lebih 10 meter di sebelah kiri ruangan tunggu kedatangan (arrivals) Bandara El Tari Kupang terdapat sebuah tenda kecil jualan Mossa.
Menurut salah satu penjual, Frans Tio Keban, Mossa adalah singkatan dari Moringa Sagara.
“Itu artinya lautan Moringa. Pusatnya Moringa,” kata Frans kepada VoxNtt.com, Sabtu (26/09/2020) pagi.
Menurutnya, Mossa adalah model minuman jus yang berbahan utama kelor/marungga asal Nusa Tenggara Timur.
Sejauh ini, Mossa menawarkan sebanyak 10 jenis minuman dengan rasa berbeda. Semuanya berasal dari tepung kelor.
Ada Moringa Capuccino, Mochaca, Fragum, Mangoes, Brownie, Ginberi, Nutrotulas, Matiapito, dan Ruberica.
Menariknya, demikian dijelaskan Mega Sari selaku enterperuner, Mossa sendiri merupakan sebuah bisnis milenial dengan melibatkan banyak UMKM masyarakat.
“Dari hasil tanam kelor, sampai pada produksi dan pengolahan menjadi tepung kami libatkan banyak UMKM. Kami membuatnnya menjadi satu paket bisnis. Kalau ada anak muda yang tertarik kan bisa gabung,” katanya.
Mossa adalah hasil inovasi pengolahan Moringa Powder dengan kadar halusan 300 mesh.
Mossa menggunakan metode pengolahan dan pengeringan CV Dapur Kelor, dengan menjamin keutuhan nutrisi tinggi yang dikandungnya.
Serbuk daun kelor mengandung 46 Anti-oksidan kuat, 38 anti-inflamasi dan 18 asam amino essential lengkap.
“Mossa sangat terbuka jika Anda berminat bergabung dengan kami di kemitraan Franschise Moringa Bubble pertama di Indonesia,” jelas Mega
Menurutnya, untuk Mossa sebanyak 5 paket pertama akan diberikan harga sebesar Rp7,5 juta.
“Nanti semua paket jadi. Owner tinggal cari tempat strategis untuk bisa jual,” jelasnya.
Sementara, Kiki Nurrizky sebagai pemilik Mossa Moringa Bubble menjelaskan hadirnya Mossa membantu banyak orang.
“Anak-anak muda yang penggangguran dan ingin binsis. Begitu juga para petani di kebun yang selama ini bingung mau menjual hasil tanaman kelor ke mana. Orang-orang tua kan senang jika anak-anak mereka dengan mendapat peluang untuk bisnis,” jelasnya.
Produk Asli NTT
VoxNtt.com, Sabtu (26/09) siang, mengunjungi rumah produksi kelor di Kompleks RSS Oesapa.
Pemilik Dapur Kelor, Dedi Kris, kemudian mengarahkan VoxNt.com melihat berbagai proses mengolah kelor dari daun menjadi tepung lalu menghasilkan sejumlah produk. Ada teh celup, masker kecantikan, kopi dan masih banyak lagi.
“Orang makan serbuk kan tidak mau.
Ada banyak mesin pengering dan mesin pengolahnya. Tapi masalah besar di NTT adalah disektor hilirnya. Selesai serbuk begitu saja. Tapi dapur kelor jalan sendiri,” jelas Dedi.
Pihak Dedi memiliki rumah produksi dan hasil pengelolaan banyak rupa.
Dalam perjalanan, jelas dia, Dinas Koperasi dan Perindustrian Provinsi NTT akahirnya menangkap peluang.
Selama ini harga serbuk kelor berkisar antara Rp100.000-Rp200.000.
“Kami dapur kelor berpikir bagaimana peluang itu. Kami hasilkan teh celup, kue bahkan dalam proses membuat mie berbahan dasar kelor,” pungkas Dedi.
Dapur kelor, sebagai distributor bahan untuk paket bisnis Mossa Moringa Bublle Drink.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Ardy Abba