Kupang, Vox NTT – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kupang mencatat dari 23 Wilayah Zona Musim (ZOM) di NTT, terdapat 14 di antaranya bakal terlambat memasuki musim hujan pada tahun 2020 ini.
Pada Jumat, 18 September 2020 lalu, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Kupang, Fera Adrianita mengatakan BMKG telah memberikan peringatan dini kepada 14 kabupaten/kota di NTT, dikarenakan sudah melewati 60 hari tidak terjadi hujan ringan.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTT, Lucky F. Koli mengatakan pihaknya
telah menyiapkan berbagai langkah. Itu di antaranya menyiapkan skema bantuan pangan.
“Kita yang jelas kalau di wilayah-wilayah yang tidak bisa ditolong dengan budidaya otomatis dia akan masuk di skema bantuan pangan menggunakan kewenangan-kewenangan yang diberikan pemerintah pusat, kepala daerah untuk penyediaan beras dan sebagainya,” kata Lucky kepada VoxNtt.com di ruang kerjanya, Kamis (01/10/2020).
Lucky mengatakan di beberapa tempat saat musim-musim kekeringan ini masih ada panen seperti jagung, sayuran, bawang merah, dan cabai.
“Di beberapa tempat, musim-musim kering inikan masing ada panen. Jagung sedang di panen juga sayuran sedang di panen, bawang merah juga sedang di panen dan ada cabai yang sedang di panen,” pungkasnya.
Dengan adanya daerah yang sedang panen ini kata dia, bisa memberikan kontribusi untuk bisa memperkuat cadangan pangan masyarakat sehingga mereka bisa tetap survive (bertahan).
“Walaupun pemetaan dari sisi kekeringan memang kita kering. Tetapi di bagian-bagian tertentu ada yang panen,” ujar Lucky.
Melihat kekeringan ini jelasnya, tidak dalam jangka pendek. Karena itu pihaknya sedang berupaya agar di musim kemerau ini tetap memroduksi dengan menanam jagung.
Kata dia, musim kemarau ini adalah tantangan bukan bencana.
“Semua itu kita harus bergerak sama-sama untuk menghadapi musim kemarau yang adalah tantangan. Dia bukan bencana. Dia itu tantangan untuk kita bisa taklukan dengan memperoduksi,” kata Lucky.
Pihaknya juga tambah dia, sudah bekerja sama dengan Dinas PUPR untuk melakukan revitalisasi sumur-sumur bor yang sudah dibangun ribuan unit yang tersebar di seluruh Nusa Tenggara Timur yang tidak berfungsi.
“Di bangun sejak 1981/9182 itu banyak sekali dibangun tetapi itu tidak dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah kabupaten. Apalagi oleh kelompok tani,” ungkap dia.
Karena itu, pihaknya mendorong agar bisa melakukan identifikasi untuk berfungsi kembali agar bisa dipakai di musim kemarau.
“Sehingga kita nanti tinggal mendekatkan lokasi-lokasi kita ke sana untuk nanti masyarakat bisa bekerja di tempat-tempat yang ada air itu untuk bisa membantu menghadapi tantangan kita ancaman kekeringan ini bersama-sama,” kata Lucky.
“Jadi, membutuhkan kolaborasi dari sektor-sektor yang lain dalam hal ini Dinas ESDM, PUPR, Balai Wilayah Sungai, P2T untuk betul-betul mefungsikan semua sumber-sumber air tersedia. Baik pompa air, sumur bor maupun embung-embung untuk air itu kita bisa pakai untuk lahan kekeringan,” tambahnya.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Ardy Abba