Vox NTT- Vaksin Pfizer-BionTech buatan Amerika Serikat ternyata tidak memberikan kekebalan langsung terhadap virus Corona baru. Buktinya, lebih dari dua ratus warga Israel didiagnosis terinfeksi Covid-19 setelah beberapa hari disuntik vaksin ini.
“Jumlah mereka yang tertular Covid-19 meski sudah divaksinasi sekitar 240 orang,” demikian data dari Channel 13 News yang dikutip Russia Today dalam Sindonewscom, Sabtu (02/01/2020).
Baca Juga: Setelah Disuntik Vaksin Pfizer, Ratusan Warga Israel Terinfeksi Covid-19
Padahal, vaksin Pfizer-BioNTech diandalkan oleh otoritas kesehatan Israel, tidak mengandung virus Corona dan tidak dapat menginfeksi penerima. Sayangnya, dibutuhkan waktu bagi kode genetik dalam vaksin itu untuk melatih sistem kekebalan tubuh guna mengenali dan menyerang penyakit.
Peristiwa 240 warga Israel terkonfirmasi positif Covid-19 setelah disuntik Vaksin Pfizer-BionTech sebenarnya mengulang kasus Matthew W, seorang perawat dari San Diego, Amerika Serikat.
Matthew W juga dinyatakan positif Covid-19 padahal sudah lebih dari sepekan disuntik vaksin Pfizer.
Spesialis penyakit menular dari Pusat Kesehatan Keluarga San Diego Christian Ramers menerangkan, hasil tersebut sudah diduga.
“Ini sudah diduga. Jika Anda menghitung angkanya, ini persisnya yang kami perkirakan terjadi jika seseorang terekspos,” kata Ramers kepada US News dalam Tempoco.
Ramers mencatat ada kemungkinan Matthew terinfeksi sebelum menerima vaksin, dan gejala muncul setelah dia divaksinasi.
“Kami tahu dari uji klinis vaksin bahwa akan memakan waktu sekitar 10 hingga 14 hari bagi Anda untuk mulai mengembangkan perlindungan dengan vaksin itu,” tutur dia.
Saat itu, Matthew juga hanya menerima satu dosis vaksin. Vaksin Pfizer terdiri dari dua vaksin terpisah, yang akan diberikan secara intramuskular dengan jarak tiga minggu.
Dokumen yang dikeluarkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) menunjukkan satu dosis vaksin Pfizer menghasilkan tingkat kemanjuran rata-rata 88,9 persen untuk mencegah infeksi.
Peneliti mencatat bahwa kurangnya data yang tersedia untuk hasil dengan peserta yang hanya menerima satu dosis vaksin tidak dapat mendukung kesimpulan tentang kemanjuran satu dosis vaksin.
Hal itu dikarenakan sebagian besar peserta dalam uji klinis menerima kedua dosis tersebut.
Ramers mengatakan, tingkat kemanjuran setelah dosis pertama vaksin kemungkinan besar sekitar 50 persen, dan dosis kedua menghasilkan kemanjuran 95 persen yang lebih kuat melawan virus.
“Anda mendengar praktisi kesehatan sangat optimistis tentang ini, dan menjadi awal untuk pandemi berakhir. Tetapi ini akan berjalan lambat, berminggu-minggu hingga berbulan-bulan saat kami meluncurkan vaksin,” ujar Ramers. (VoN)