Atambua, Vox NTT-Miris dan memprihatinkan. Itulah ungkapan yang tepat atas kondisi yang tengah dihadapi sepasang suami istri, TKM dan DM, di Atambua pasca mereka ditetapkan positif Covid-19 pada Selasa, 12 Januari 2021.
Kepada awak media melalui pesan voice message menggunakan aplikasi WhatsApp, TKM mengaku ia dan suaminya dinyatakan positif Covid-19 saat melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Tentara (RST) Atambua. Saat itu, mereka dimintai Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Setelahnya, pasangan suami istri asal Tulamalae, Kota Atambua itu disuruh pulang ke rumah tanpa ada pesan atau semacam resep dan saran dari dokter. Satgas penanganan Covid-19 Kabupaten Belu pun tidak meninggalkan pesan dan saran apapun untuk keduanya.
Diakui TKM, petugas hanya berjanji akan ada petugas kesehatan dari Satgas Covid-19 yang bakal mendatangi rumah mereka.
Namun hingga sore ini, Kamis (14/01/2020), belum ada satupun petugas kesehatan yang datang ke rumah TKM dan DM.
Keluarga pun meminta Satgas Covid-19 Kabupaten Belu untuk memperhatikan TKM dan DM. Itu terutama untuk memulihkan mereka dari serangan virus Corona. Selain itu, untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
“Keluarga berharap ada perhatian serius dari Satgas Covid-19. Kenapa dulu ketika hanya satu saja yang terkonfirmasi positif, semua keluarga dan teman ditelusuri dan diperiksa oleh Satgas? Sedangkan sekarang banyak yang terkonfirmasi malah dibiarkan saja? Dalam satu keluarga ada dua orang yang tekonfirmasi positif tapi sangat disayangkan hanya disuruh pulang,” ujar TKM dengan nada kesal.
TKM bersama suami dan keluarga pula berharap ada penyampaian dari dokter baik dari sisi medis maupun psikologis. Sebab menurutnya, saat ini mereka sangat terpukul dengan hasil tes Swab yang menyatakan bahwa ia bersama suaminya dinyatakan positif Covid-19.
“Kami terima kenyataan bahwa kami positif tapi siapapun dia pasti terpukul dan ketakutan. Tapi di saat seperti ini malah tidak ada perhatian sama sekali,” tandas TKM.
TKM kembali mengingatkan bahwa ia dan suaminya tidak mendapatkan pengobatan. Saran dan pengarahan dari Satgas Covid-19 juga sama sekali tidak ada. Akibatnya, mereka sangat kebingungan. Diperparah ruang gerak mereka sangat dibatasi, mengingat virus Corona bisa menular ke orang lain.
Ia mengakui saat ini ia bersama suami tengah menjalani isolasi mandiri. Namun, mereka sangat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari karena ruang gerak dibatasi untuk berinteraksi dengan orang lain.
“Sampai hari ini tidak ada petugas yang datang kunjungi kami. Kalau kami nekat saja, kami bisa keluar untuk cari makanan dan membeli kebutuhan lain, tapi apakah itu akan menjamin bahwa Covid tidak akan menular ke orang lain melalui kami?” tanya TKM.
Karena tidak ingin virus Corona menyebar ke orang lain, keduanya pun terus bertahan dan membatasi diri untuk berinteraksi dengan orang lain.
Meski demikian, dirinya malah khawatir bakal meninggal bukan karena diserang Covid-19, tetapi justru karena kelaparan. Sebab mereka terus terkurung dan membatasi diri untuk tidak berinteraksi dengan orang lain selama menjalani isolasi mandiri.
Yang lebih membebankan TKM dan suaminya adalah tidak tahu apa yang harus dilakukan agar kondisi kesehatan kembali pulih dan kembali dinyatakan negatif.
Ia juga bertanya, terkait kondisi anggota keluarga yang lain. Apakah harus datang sendiri ke rumah sakit untuk kepentingan pemeriksaan? Ataukah Satgas Covid-19 yang harus melakukan penelusuran dan mengindetifikasi anggota keluarga untuk kemudian dilakukan tes.
Keluhan lain datang seorang perawat di RSUD Atambua yang juga dinyatakan positif Covid-19 dan diminta untuk menjalani isolasi mandiri.
Sejak dinyatakan positif virus Corona beberapa hari lalu, hingga kini ia belum mendapat perhatian dan penanganan serius dari Satgas Covid-19 kabupaten Belu.
Ia mengaku sudah tiga hari menjalani isolasi mandiri, namum belum mendapatkan kunjungan atau pendampingan, baik langsung maupun melalu telepon oleh Satgas Covid-19.
Padahal di rumahnya selain suami, ia juga tinggal bersama kedua anaknya yang masih kecil, di mana tentu membutuhkan pencegahan berupa penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Untuk diketahui, hingga Kamis (14/01/2021), sudah dua pasien Covid-19 di Belu yang meninggal dunia.
Pasien pertama yang meninggal dunia di RSUD Atambua pada Jumat, 8 Januari 2021 lalu.
Kemudian pasien kedua meninggal di Rumah Sakit Leona Kefamenanu, Kabupaten TTU pada Rabu malam, 13 Januari 2021.
Hingga berita ini diturunkan, Satgas Covid-19 Kabupaten Belu belum bisa dimintai konfirmasinya terkait penanganan pasien positif virus Corona.
Sebelumnya, setiap hari selalu ada update informasi melalui grup WhatsApp terkait perkembangan penanganan Covid-19 di Belu.
Namun belakangan setelah banyak masyarakat terkonfirmasi positif dan tiga puskesmas serta RSUD Atambua ditutup akibat ruang isolasi Covid-19 sudah penuh, Satgas malah terkesan diam.
Penulis: Marcel Manek
Editor: Ardy Abba