Borong, Vox NTT-Nardi Jaya, wartawan Bidik News yang bertugas di wilayah Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) nyaris dibunuh oleh pria bernama Romanus Dadu pada Jumat, 14 Mei 2021 lalu.
Kejadian tersebut berlangsung di Ranameti, Kelurahan Rongga Koe, kecamatan Kota Komba, kabupaten Manggarai Timur. Antara Nardi dan terduga pelaku sama-sama berasal dari kampung itu.
Kepada sejumlah media, Nardi menceritakan kejadian tersebut bermula saat ia berada di Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur.
Saat itu, kata dia, istrinya yang sedang berada di rumah dimaki-maki terduga pelaku. Bahkan istrinya diancam bakal diperkosa oleh terduga pelaku.
Istri Nardi kemudian meneleponnya untuk cepat pulang ke rumah.
“Sesampainya di rumah, istri saya menceritakan apa yang terjadi,” cerita Nardi.
Selanjutnya, sekitar pukul 20.30 Wita Nardi kembali keluar rumah untuk mencari signal, tepatnya di pertigaan jalan tengah kampung itu.
Saat dirinya sedang asyik menulis berita di tempat yang ada signal, tiba-tiba adik Nardi, Pankrasius Jaya, berteriak bahwa ada seseorang yang sedang memegang parang di tangannya.
“Saya langsung berdiri dan menoleh ke arah belakang. Adik saya yang dalam keadaan panik mencoba untuk menghentikan niat pelaku,” kisahnya.
Nahas, upaya Pankrius Jaya berdampak buruk. Tangannya terkena sabetan parang saat terduga pelaku mengamuk. Ia mengalami luka serius di bagian tangan dan leher.
“Saya yang dalam keadaan panik akhirnya berteriak minta tolong. Akhirnya datang orang-orang melerai dan mengambil parang dari tangan pelaku,” ujar Nardi.
Ia pun langsung bergegas menuju Polsek Waelengga untuk melaporkan kejadian itu kepada pihak berwajib.
Berikut fakta-fakta yang diperoleh VoxNtt.com di balik kasus tersebut.
Polisi Gelar Olah TKP
Pada Senin (17/05/2021), Unit Reskrim Polsek Waelengga menggelar olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Sebanyak 5 anggota dari Polsek diturunkan. Turut hadir Kapolsek Waelengga, IPTU Ketut Kantun.
Usai olah TKP, kepada sejumlah wartawan, Ketut berjanji untuk mengusut kasus ini hingga tuntas.
“Kami akan mempercepat proses penanganan kasus ini. Pokoknya kami usut hingga tuntas,” ujar Ketut.
Pengakuan Terduga Pelaku
Romanus Dadu, terduga pelaku pengancaman dan penganiayaan membantah keterangan yang disampaikan Nardi Jaya.
Ia mengatakan, semua yang dituduhkan tidak benar. Namun Dadu mengakui kalau dirinya mabuk saat kejadian.
“Saya berani sumpah, demi Tuhan saya tidak melakukan itu. Nardi dan adiknya (Pangkrasius) datang di halaman rumah saya dengan marah – marah. Makanya saya keluar bawa dengan parang untuk berjaga – jaga. Sampai di luar dia punya adik datang rebut parang di saya dan tangannya terluka. Saya tidak tahu luka di leher Pangkarius, mungkin itu kena pagar bambu di depan rumah saya,” kata Dadu.
Ia juga membantah terkait makian dan ancaman pemerkosaan terhadap Istri Nardi.
“Saya tidak pernah maki apalagi ancam perkosa istri Nardi. Saya hanya ngamuk – ngamuk dari rumah karena pada malam sebelumnya Nardi lempar rumah saya tanpa sebab,” jelas Dadu.
Pengakuan Para Saksi
Saksi dalam kasus ancaman pembunuhan tersebut membantah semua keterangan terduga pelaku Romanus Dadu, saat VoxNtt.com menyandingkan keterangannya.
Yoseph Tote, tetangga terduga pelaku membenarkan aksi kekerasan non verbal yang dilakukan Dadu pada siang hari, Jumat, 14 Mei 2021 itu.
“Saya melihat dan mendengar pelaku mengamuk dan melontarkan kata-kata kasar terhadap istri Nardi Jaya. Semua yang dikatakan Nardi itu sudah faktanya,” terang Tote.
Elisabeth Harianti Ayu, yang kebetulan saat kejadian berada bersama Istri Nardi Jaya juga membenarkan hal serupa.
“Kami mendengar Dadu memaki dan ingin memperkosa Kaka Ipar saya. Ia mengamuk sambil mengancam dengan menggunakan parang,” tutur Elisabeth.
Petrus K. Yatis, saksi yang berada di TKP saat kejadian dugaan pengancaman pembunuhan juga membantah semua keterangan yang disampaikan Romanus Dadu.
“Saya dan beberapa teman ada di TKP malam itu. Kami melihat Dadu mengamuk dan mengayunkan parang sehingga melukai tangan dan leher korban Pankrasius Jaya. Tidak dibenarkan kejadian tersebut terjadi di kintal/halaman rumah pelaku Romanus,” tandas Petrus.
Saksi lain, Dominikus Endoru, juga membantah apa yang disampaikan Dadu. Ia menegaskan bahwa yang disampaikan terduga pelaku adalah bentuk pembelaan diri.
“Satu Kampung ini tidak ada yang suka dengan tingkahlaku pelaku saat mabuk. Ia tidak segan-segan memaki bahkan mengancam orang kalau dalam posisi mabuk. Tapi kalau tidak mabuk, dia biasa-biasa saja. Aneh!!,” paparnya.
Terduga Pelaku Tidak Ditahan
Kapolsek Waelengga, IPTU Ketut Kantun membeberkan alasan terduga pelaku tidak ditahan.
Ketut beralasan, pihaknya mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP).
”Kita lakukan pengembangan dulu, kita periksa dulu saksi-saksi, baru kita laksanakan (penahanan),” katanya.
Menurutnya, untuk meminimalisasi aksi balas dendam pihaknya telah memberi pengertian kepada keluarga korban.
Korban Trauma
Sementara itu, para korban mengaku trauma melihat terduga pelaku. Mereka khawatir, terduga pelaku akan mengulangi perbuatannya.
“Saya masih trauma. Apalagi pelaku masih berkeliaran di kampung. Kami takut dengan ancaman-ancaman yang pernah ia utarakan. Kami harap pihak kepolisian segera menahan pelaku,” pungkas Yovita, Istri Jurnalis Nardi Jaya.
VoxNtt.com sempat melakukan pemantauan di sekitar TKP dan sekitar rumah terduga pelaku.
Jarak antara rumah terduga pelaku dan TKP sekitar 40 meter. Benar ada pagar di depan rumah pelaku. Tetapi bambunya tidak dibelah dan tidak tajam.
VoxNtt.com juga melihat barang bukti berupa baju dan celana yang dipakai korban Pankrasius Jaya saat kejadian.
Pakaian tersebut penuh dengan bercak-bercak darah. Hingga kini, korban masih dalam penanganan medis.
Penulis: Filmon Hasrin
Editor: Ardy Abba