Ende, Vox NTT- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melalui Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur menggelar bimbingan teknis (bimtek) pengelolaan desa wisata di Kantor Desa Detusoko Barat, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, Jumat (11/06/2021).
Deputi Pengembangan Destinasi Dr. Frans Teguh di hadapan 30-an peserta pelatihan menjelaskan pentingnya karakteristik kelokalan (local champion) dan komitmen dalam membangun desa wisata.
Menurut Frans, desa wisata harus memiliki karakteristik lokal. Dia harus bisa mengambil nilai-nilai lokal yang ada di desa.
“Local genuine harus diangkat. Ini yang menjadi keunikan dalam pengembangan wisata,” imbuhnya.
Frans menilai, Desa Detusoko Barat sudah menunjukkan visioning yang tepat dengan adanya visi desa dengan mengintegrasikan pertanian dan ekowisata.
Ekowisata, kata dia, rohnya adalah konservasi dan keberlanjutan. Hal ini harus didukung dan dibangun dengan komitmen bersama. Sebab, desa wisata tidak bisa berjalan sendirian dan tentu saja membutuhkan kepercayaan bersama dari berbagai pihak.
Ia pun mengapresiasi langkah yang sudah dilakukan oleh Pemdes Detusoko Barat dengan aneka inovasi dan terobosan.
Frans menambahkan, indikator utama pariwisata adalah harus membuat tamu tinggal lebih lama. Salah satu caranya dengan memperbanyak atraksi wisata agar wisatawan bisa lebih betah ketika berada di Detusoko.
“Saat ini virtual adalah panggung,siapa yang memanfaatkan virtual atau digitalisasi akan mendapat akses dan informasi,” tandas Frans.
Ia menegaskan, desa wisata harus berbasis digital. Hal yang dilakukan oleh Desa Detusoko Barat, lanjut Frans, sangat sinkron dengan apa yang menjadi platform program-program di Kemenparekraf.
“Pariwista sebagai nilai tambah, pariwisata menjadi bagian dari aktivitas pertanian, ada ekonomi kreatif di dalamnya dan hal yang dilakukan Detusoko sejalan dgn program nasional,” imbuhnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Ende dr. Agustinus Ngasu, M.Kes. MMR, dalam sambutannya mengatakan, pariwisata adalah program prioritas di Kabupaten Ende.
Untuk mendukung pariwista, tuntutan utamanya adalah dukungan sumber daya manusia (SDM) pariwisata yang berkualitas.
“Bimbingan teknis hari ini sebagai bagian dari peningkatan SDM ini,” ujarnya.
Menurut Agus, keterlibatan masyarakat lokal dan infrastruktur pendukung sangat penting dalam pengembangan desa wisata.
“Pariwistaa harus melibatkan masyarakat lokal, juga peningkatan infrastruktur pendukung,” tuturnya.
Dalam sambutannya, Kepala Desa Detusoko Barat Ferdinandus Watu mengapresiasi respons cepat Kemenparekraf dalam menanggapi kebutuhan di desanya.
Ferdinandus mengaku sebulan lalu ia berdialog langsung secara virtual dengan Menteri Pariwisata, Sandiaga Uno, tentang pengembangan Desa Wisata Detusoko.
“Kami meminta dukungan manajemen homestay dan internet berupa WiFi, dan hari ini sudah terjawab. Pemerintah Desa sangat mengapresiasi respons cepat dari Kementerian Pariwisata,” ungkapnya.
Dalam pemaparan materi, Ferdinandus menunjukkan kelembagaan wisata di desa dengan adanya BUMDes “Au Wula dan Pokdarwis Nita Neni”
Ia pun membagikan kegiatan yang selama ini sudah dilakukan, yakni dalam rangka mem-branding Desa Detusoko dalam lensa ekowisata.
Hal ini dengan memanfaatkan aneka potensi desa dan berjalan di bawah visi “Satu Dusun Satu Atraksi Wisata; Satu Sao Ria Satu Produk”. Visi ini sebagai penjabaran konsep pengembangan desa wisata.
“Menu kolaborasi yakni pemerintah, media, komunitas, bisnis dan akademisi (Penthahelix), karena wisata desa tidak bisa berjalan sendiri. Harus kolaborasi dengan berbagai pihak dan dengan desa-desa penyanggah Wisata Kelimutu dan Ende pada umumnya,” paparnya.
Kontributor: Nasan Kua
Editor: Ardy Abba