Mbay, Vox NTT- Dentuman suara musik di Coklat Cafe sudah kembali didengar warga. Geliat tempat hiburan malam itu sempat menghilang beberapa pekan, sejak polisi melakukan razia pada 4-6 Juni 2021.
Coklat Cafe menjadi salah satu dari tiga usaha jasa hiburan malam di wilayah Mbay, ibu kota Kabupaten Nagekeo, yang ikut merosot selama pemberlakuan pembatasan sosial sebagai bagian dari dampak buruk penyebaran virus Corona atau Covid-19.
Bisnis jasa hiburan malam di Kabupaten Nagekeo memang belum sementereng seperti di daerah lain. Namun geliat pertumbuhan ekonomi masih sangat menjanjikan. Sebelum pandemi Covid-19, usaha jenis ini memang mendatangkan profit yang lumayan besar.
Hal ini dikarenakan para pelanggan jasa hiburan malam di Kabupaten Nagekeo lebih didominasi oleh para kontraktor dan kelompok lain yang secara ekonomi dipandang mampu.
Mengelola usaha hiburan malam di Nagekeo sepintas memang terlihat mudah. Hanya perlu mendirikan bangunan, merekrut pramusaji, menyiapkan sound system, dan pernak pernik lampu kelap-kelip sekadarnya ala -ala pub dan diskotik.
Namun ternyata lebih dari itu, pengelola jasa hiburan malam ternyata harus punya sejumlah kiat khusus.
Hal tersebut agar teriakan pelanggan yang bahagia bisa terus menggema sepanjang malam di antara dentuman kerasnya musik dan derik gelas minuman.
Bruno misalnya, pengelola Junior Cafe di wilayah Enek menyebut, nafas kehidupan jasa hiburan malam memang masih sepenuhnya bergantung pada jumlah dan kelas pelanggan yang datang menikmatinya.
Selain memberikan rasa aman dan nyaman kepada pelanggan, kelihaian para pramusaji wanita juga menjadi kunci utama agar pelanggan bisa betah untuk berlama-lama.
Persoalannya, untuk mendatangkan para pekerja wanita (Ladies) ini dari luar daerah, Bruno dan tim kerja di Junior Cafe yang terberat adalah bagaimana mereka membangun strategi kerja dalam urusan.
Kecantikan Ladies dan kepiawaiannya melayani pelanggan menjadi salah satu strategi manajemen Junior Cafe sehingga keberadaan mereka masih eksis beroperasi hingga saat ini meski pandemi belum berakhir.
Nasib tidak sama justru dialami pengelola hiburan malam “The Hill’s Cafe”.
Berada dalam satu wilayah kelurahan yang sama dengan Junior Cafe, The Hills Cafe terasa sungguh berbeda dengan beberapa tahun sebelum pandemi Covid-19.
Informasi dari pengelola kepada VoxNtt.com menyebutkan, pramusaji wanita (Ladies) di tempat itu, saat ini tinggal berjumlah 5 orang.
Yang terpantau paling merosot adalah Coklat Cafe.
Dibangun sendirian di atas puncak perbukitan Kesidari, Kelurahan Lape Kabupaten Nagekeo, Coklat Cafe awalnya menjadi magnet bagi para penikmat hiburan malam yang ingin merasakan suasana berbeda dari tempat hiburan malam lainnya.
Posisinya yang berada tepat di ujung lembah dengan pemandangan utama Kota Mbay dan area persawahan, nama Coklat Cafe tiba-tiba menukik naik dalam beberapa waktu sejak mulai dirintis pada tahun 2018 lalu.
Coklat Cafe memang memiliki pramusaji berusia tergolong muda dan paras yang tergolong cantik.
Dua modal itu juga masih ditopang oleh keahlian para pengelola yang sudah makan garam menggeluti bisnis usaha hiburan.
Sayangnya, intensitas razia polisi dari Polres Nagekeo yang secara berturut-turut dilakukan pada tanggal 4,5 dan 6 Juni 2021 malam lalu telah memaksa pelanggan setia Coklat Cafe angkat kaki. Selama beberapa minggu Coklat Cafe pun ditutup.
Meski sempat diisukan untuk tidak akan lagi beroperasi selamanya, namun terkini nadi ekonomi Coklat Cafe kembali berdetak dengan hanya menyisahkan 7 orang pramusaji saja.
Bibiana Oi alias Putri, pemilik sekaligus pengelola Coklat Cafe hingga saat ini belum berhasil dikonfirmasi terkait penyebab Polisi melakukan razia selama tiga hari berturut-turut itu.
Penulis: Patrick Romeo Djawa
Editor: Ardy Abba