Ende, Vox NTT- Harga kemiri pada sejumlah kecamatan di wilayah Kabupaten Ende, Provinsi NTT menurun drastis dari Rp25 ribu menjadi Rp16 ribu per kilogram.
Siprianus, warga Desa Tinabani, Kecamatan Ende kepada wartawan, Jumat (18/06/2021), mengaku setiap tahun harga komoditi seperti kemiri dan kopi sering merosot.
Padahal, kata dia, jika harga kemiri stabil tentu saja sangat menguntungkan para petani. Harga kemiri yang kerap menurun tidak berbanding lurus dengan usaha produksi petani.
Misalnya, sebut Siprianus, pengolahan kemiri sangat susah dan membutuhkan waktu yang lama.
Ia menambahkan, pada tahun sebelumnya harga kemiri di Ende cenderung naik-turun atau tidak stabil. Para petani tidak mengetahui alasan turunnya harga komoditi pertanian.
Menurut Siprianus, kemiri merupakan salah satu komoditi unggulan di Kecamatan Ende. Hampir setiap Kepala Keluarga (KK) memiliki tanaman tersebut. Warga biasanya menjual kemiri kepada pembeli di Pasar Wolowona.
“Biji kemiri biasanya dijemur lalu dipecahkan dan dagingnya yang diambil untuk dijual,” terang Siprianus.
Ia pun berharap agar pemerintah memperhatikan harga berbagai komoditas pertanian dan perkebunan, termasuk kemiri sebagai salah satu penopang hidup masyarakat.
Untuk diketahui, kemiri dan kopi merupakan salah satu komoditi yang cukup menonjol di Desa Tinabani.
Masyarakat di wilayah itu mampu membiayai pendidikan anak hingga Perguruan Tinggi dari hasil komiditi pertanian seperti kemiri dan kopi.
Turunnya harga kemiri sangat mempengaruhi penghasilan para petani. Para petani sangat berharap agar harga kemiri kembali normal menjadi Rp25 ribu per kilogram.
Kontributor: Nasan Kua
Editor: Ardy Abba