Atambua, Vox NTT– Sejak pandemi Covid-19 melanda negeri ini, salah satu sektor yang cukup terdampak adalah sektor ekonomi termasuk kegiatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Tidak terkecuali, dampak ini juga ikut dirasakan oleh para pelaku UMKM di Kabupaten Belu, perbataran RI-RDTL.
Meski para pelaku UMKM terus berproduksi di tengah pandemi, namun spirit mereka kandas di kala pemasaran menjadi sulit.
Sebab, kegiatan UMKM yang dilakukan khususnya oleh ibu-ibu hanyalah untuk terus menghidupi kompor di dapur. Proses pemasaran lambat maka perputaran modal menjadi mandek.
Dampak pandemi Covid-19 tidak hanya keras menampar aspek pemasaran pada kegiatan UMKM, namun juga turut mengganggu aspek lain seperti pengembangan skill dan kompetensi.
Sebab selama masa pandemi masyarakat diarang berkumpul dalam jumlah banyak. Tentu ini menjadi kesulitan tersendiri dalam proses transfer pengetahuan.
Menyikapi kesulitan aktivitas ekonomi UMKM di Belu, Bank Negara Indonesia (BNI) Atambua melakukan terobosan dengan mengembangkan Rumah BUMN.
Rumah BUMN yang saat ini dikelola Kristianus Tes Loe merupakan rumah bagi para pelaku UMKM untuk terus bertumbuh dan berkiprah di tengah impitan pandemi Covid-19.
“Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, para pelaku UMKM di Belu kesulitan untuk mengembangkan usaha mereka, terutama pada aspek pemasaran,” jelas Krisantus saat ditemui di rumah BUMN di Atambua, Selasa (19/10/2021).
Karena kondisi pandemi Covid-19, pemerintah masih memberlakukan aturan pembatasan, sehingga Rumah BUMN mencoba menginisasi kegiatan guna menjembatani pelaku UMKM untuk terus bertumbuh di tengah terpaan pandemi Covid-19.
Rumah BUMN mengemas dua konsep yang dijadikan pendekatan dalam mendukung para pelaku UMKM di daerah yang berbatasan langsung dengan Timor Leste.
Tidak hanya fokus pada metode kegitan offline, namun rumah BUMN telah melakukan transformasi pendekatan dengan metode online.
Metode online yang tengah dikembangkan menjadi gerbang digitalisasi UMKM di Kabupaten Belu.
Konsep dan pendekatan ini, jelas Kristianus, tidak hanya bertalian dengan situasi kekinian akibat pandemi Covid-19, namun metode online yang dikembangkan seiring dengan tren memasuki ekonomi era 4.0.
Krisantus menjelaskan, metode online yang dikembangkan untuk mengenalkan pasar digital kepada para pelaku UMKM di Belu.
Sebelumnya, hasil tenunan para penenun yang tergabung dalam UMKM hanya dipasarkan secara offline, maka saat ini hasil tenunan dan produk-produk UMKM lain sudah mulai dipasarkan secara online.
Proses transformasi UMKM dari offline ke online yang merupakan bagian dari digitalisasi UMKM yang dilakukan Rumah BUMN Atambua meliputi empat aspek yakni; pemberdayaan UMKM, Co-working space, Satgas bencana, dan Mileneal basecamp.
Dari keempat progam yang dikerjakan, saat ini, rumah BUMN Atambua sedang melakukan persiapan untuk menyelenggarakan pelatihan pengembangan kompetensi pemasaran yang rencananya akan diselenggarakan pekan depan dengan salah satu E-Commerce terbesar di Indonesia.
Konsep yang dikembangkan adalah mengenalkan sistem pemasaran secara online kepada para pelaku UMKM dengan metode pemasaran berbasis andoroid.
Dijelaskan Kristianus, terkait kegiatan pembelajaran dan pemasaran secara online dengan berbasis android, pihaknya sudah pernah memperkenalkannya kepada ibu-ibu penenun yang tergabung dalam kelompok UMKM.
Ia menyampaikan bahwa dari hasil perkenalan tersebut, respons ibu-ibu sangat bagus dan tidak ada kendala yang signifikan untuk pengembangan sistem pemasaran secara online.
Pengembangan UMKM yang dilakukan saat ini, lanjut Krisantus, tidak bisa hanya dilakukan dengan dengan mengandalkan metode offline sebagai cara konvensional.
Tetapi dengan kehadiran rumah BUMN, para pelaku UMKM mulai mengenal dan masuk dalam dunia usaha dengan orientasi secara digital.
Sebagai langkah awal Rumah BUMN Atambua telah melakukan pelatihan inovasi dan design kemasan produk.
Ini merupakan strategi tahap awal bagi para pelaku UMKM agar mempersiapkan diri sebelum produk mereka di-lanching di E-Commerce.
“Saat ini kita masih membantu mereka dengan memasarkan hasil produk mereka dengan cara offline dan online store. Ke depan setelah mereka dilatih untuk mengenal penjualan di online store maka para pelaku UMKM sudah bisa dengan sendiri memasarkan hasil karya mereka secara online,” ujar Krisantus sambil menunjuk sejumlah produk hasil dari sejumlah kelompok UMKM yang dipajang di rumah BUMN Atambua.
Disampaikan, sejauh ini, metode online dirasa lebih praktis dan sangat membantu. Calon pembeli produk bisa melihat dan menilai kualitas produk melalui foto yang di-upload di berbagai chanel media sosial seperti Facebook dan Instagram.
Karena itu, rumah BUMN menyediakan fasilitas foto mini box yang diperuntukan secara khusus untuk memotret produk dari kelompok UMKM.
Ia berharap, setelah terjalin kerja sama dengan salah satu E-Commerce terbesar di Indonesia, produk-produk dari kelompok UMKM di Kabupaten Belu sudah dengan leluasa memasuki pasar digital.
Dengan demikian, pelaku UMKM bisa memasuki era baru pengembangan UMKM dan produk-produk dari Belu bisa dapat dibeli kapan dan di mana pun secara online.
Ibarat gayung bersambut, kehadiran dan peran rumah BUMN di Atambua dirasa sangat berdampak terhadap pengembangan kompetensi dan usaha para pelaku UMKM di Belu.
Seperti yang diungkapkan Yunani Fitrianingsih, pelaku UMKM di Belu yang memproduksi aneka kripik.
Yunani begitu ia disapa, menyampaikan bahwa ia dan teman-teman pelaku UMKM di Belu sangat terbantu ketika bergabung bersama rumah BUMN.
“Dampak yang saya rasakan lumayanlah untuk penjualan ada peningkatan terus dan dari rumah BUMN juga membagikan banyak pengalaman dan pengetahuan untuk kami. Kami juga dibekali membuat brand kami agar cepat terkenal dan diminati banyak orang. Kami membutuhkan pengetahuan tambahan agar lebih paham dalam memanfaatkan pasar online,” Akui Yunani pelaku usaha oleh-oleh khas Belu “Aneka Kripik Ori” saat dihubungi VoxNtt.com, Rabu (20/10/2021).
Meski masih terbatas, lanjutnya, para pelaku UMKM di Belu sudah mulai menerapkan pemasaran secara online dengan menggunakan WhatsApp, Facebook dan Instagram
Lanjut Yunani, kompetensi dan pemahaman mereka soal teknologi masih terbatas. Sebab itu, ia berharap adanya pelatihan berkelanjutan sehingga proses pemasaran produk-produk kelompok UMKM di Belu dapat dilakukan secara online karena dinilainya lebih efektif di tengah situasi pandemi Covid-19.
Penulis: Marcel Manek
Editor: Ardy Abba